Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 Maret 2012

rasa cinta yang tidak boleh takluk di atas cinta kepada Allah


Hidup adalah perjuangan itu pasti, perjuangan untuk menjadi lebih baik, perjuangan untuk dewasa secara pemikiran dan  tujuan, perjuangan untuk mempertahankan kebenaran dan memperjuangkan kebenaran itu sendiri. Hidup juga adalah tentang mimpi dan cita-cita, tentang keyakinan. Hidup itu adalah bagaimana kita menjadikan visi hidup itu untuk kebaikan dan kebermanfaatan untuk orang lain. Mengubah nilai menjadi perilaku. Mengubah cita-cita menjadi kenyataan, mengubah mimpi menjadi satu hal pembuktian bahwa mimpi itu harus dan mewujudkannya adalah mutlak. Apapun itu jalan kehidupan yang dipilih adalah jalan yang kita pastikan bahwa itu adalah jalan menuju keridhoanNya. Inilah yang kemudian membedakan kita dengan makhluk Allah yang lain yang diciptakannya di alam raya ini. 
Begitu juga tentang pilihan  di perjalanan ini. Mungkin tak ada pantas nya jika kita mencari kesempurnaan itu dalam bentuk fisik dan materi saja, walaupun itu bisa-bisa saja namun bukan kah hal mutlak yang harus menjadi standard untuk menentukan pilihan hidup. Materi bisa dicari, fisik bisa dipoles tetapi karakter tidak bisa di beli disembarang tempat. Penyesalan mungkin bisa saja terjadi tapi haruskah kita dibayang-bayangi oleh ketakutan akan salah memilih  pilihan itu. Jalan hidup telah saya pilih oleh karena itu pada sebuah pilihan  hidup maka sudah pasti bahwa saya hanya memilih sesuatu yang juga meletakkan pilihan hidup nya pada jalan yang sama dengan jalan yang saya tempuh. Jika visi saya dan dia sama maka mari kita jalani kehidupan ini atas keridhoannya. Pernah saya berpikir dulu bahwa dia itu haruslah seseorang yang sempurna, dia yang saleh, dia yang militant namun perjalanan ini juga ternyata mengajarkan bahwa syariat diatas segalanya. Dia tidak harus sempurna karena tidak ada manusia yang sempurna.
        Pernahkan kita perhatikan pada siapa burung belajar terbang, pada siapakah ikan bertanya mengapa untuk hidup dia berenang tentu Allah lah yang telah mengatur semua itu mengajari rasa cinta pada  makhluknya, rasa cinta yang tidak boleh  takluk  di atas cinta kepada Allah. Maka pertemuan dengan seorang yang juga cinta nya atas cinta pada Allah adalah pertemuan yang terindah dalam hidup ini, dia yang telah mematrikan hidupnya untuk Allah dan Rasulullah, untuk mati syahid di jalannya. Dia yang lemah lembut kepada orang lain, dia yang bisa menempatkan sebuah kecintaan pada porsinya, dan dia yang sadar betul bahwa dia dilahirkan di Indonesia negeri yang Allah telah takdirkan kau dan aku di lahirkan karena kesadaran penuhmu itu maka nya kau pun bekerja untuk kejayaan negeri ini.
        Nafsu dan cinta sangat tipis perbedaannya, diantara perbedaan itu lah banyak manusia yang terjebak. Maka hanya pada Allah kita kembalikan keseluruhan jiwa ini, bagaimana perbedaan setipis kulit bawang itu tidak menjadi penghantar kita ke nerakanya.
        Mimpi dan cita-cita pun adalah satu, ah..alangkah bodohnya jika kita tidak berani bermimpi. Maka sia-sia lah kehidupan di dunia ini. Aku pun punya mimpi, mimpi selepas ini. Biarlah senja di tepi khatulistiwa itu yang kuberikan cerita tentang nya, tentang mimpi, tentang dia dan tentang aku.
        Aku tidak ingin mengkhianati siapapun dalam perjalanan hidup ku, maka akan aku berikan penghargaan pada kehidupan itu sendiri. Biarkan ku baktikan hidup pada cita-cita itu. Biarkan kita terus berkarya yang kelak akan kita persembahakan di nisan terakhir hidup untuk menjadi kenangan peradaban tentang seorang saya, kamu, dan kita. 


Ria Bustanudin
Pekanbaru

Disini pernah ada rasa simpati
disini pernah ada rasa mengagumi
Rasa ingin memilikimu
Memasukkanmu kedalam hati ini
Menjadi penghuni…..

Mencoba berlindung dibalik fitrahnya hati
Untuk mencari pembenaran diri…
Namun ternyata semua hanya permainan nafsu
Untuk memburu cinta yang semu
Aku tertipu….

Reff :
Tuhanku, berikanku Cinta yang Engkau titipkan
bukan Cinta yang pernah kutanam

Aku ingin rasa cinta ini
Masih menjadi Cinta Perawan
Cinta yang hanya kuberikan
Saat Ijab Qobul telah tertunaikan
(Maidany)

Bukan Buat siapa-siapa ini hanya buat renungan saya.... ^_^

Rabu, 14 Maret 2012

Belajarlah dari Perang Tabuk




Belajarlah dari perang Tabuk
Ria Bustanudin

Perang Tabuk terjadi pada saat musim paceklik, terjadi pada tahun 8 Hijriyah. Kondisinya saat itu sangat panas luar biasa. Lalu di tempat lain masyarakat tengah menunggu panen buah-buahan.   Ketika seruan jihad memanggil  ketika para sahabat bersiap-siap untuk segera pergi berjihad, mengasah pedang, mempersiapkan bekal, merawat kuda yang akan bertarung di medan perang. Ketika semua sibuk Ka’ab Bin Malik justru tidak terlihat bersiap-siap dia masih ragu apakah akan berangkat atau tidak. “Aku akan bersiap-siap setelah satu atau dua hari, lalu menyusul mereka”. Ketika keesokan harinya tiba dan kaum muslimin telah berangkat, aku bermaksud melakukan persiapan, namun aku tidak mempersiapkan sesuatupun.” Ujar Ka’ab Bin Malik. Hingga akhirnya ka’ab bin malik pun tidak turut serta saat itu.
Allah mengabadikan suasana saat itu dalam surat At Taubah ayat 43 saat itu Allah menegur Rasulullah yang menerima alasan Ka’ab Bin Malik untuk tidak pergi berperang. Hingga kemudian Ka’ab pun menerima hukuman dari Rasulullah atas kelalaian nya. dia diisolasi dari jamaah selama kurang lebih satu bulan  juga dipisahkan dari istrinya.
 Perang Tabuk mengajari banyak hal, hakikatnya ada dua perang yang saat itu bergejolak terjadi di tubuh para sahabat dan pasukan, perang di internal dalam artian perang ini terjadi di diri mereka sendiri dimana saat perang itu tak lama lagi akan panen buah-buahan, lalu ada yang berangkat setengah hati ketika yang lagi begitu bersemangatnya mempersiapkan semuanya maka dengan setengah hati pula dia mempersiapkan peralatan nya. lalu perang yang kedua dalam artian sebenarnya yakni perang di medan laga.
Kasus Ka’ab bin malik ini tentu sangat kompleksitas, Ka’ab bin malik yg lansung ditarbiyah oleh Rasulullah bisa-bisa nya  meninggalkan kewajiban  untuk turun perang saat itu. Lalu bagaimana dengan saat ini berapa banyak yang memberikan alas an untuk tidak turut berjuang ke medan juang, dengan alasan apa mereka enggan, apakah kesibukan duniawi atau kemalasan yang diperturutkan . Berapa banyak dari kita yang membiarkan saudara kita turun sendirian mengurusi masalah umat. Lalu berapa banyak pula  yang turun namun dengan setengah hati, bukannya malah menambah kekuatan malah membuat kacau segalanya.  Jika pada saat itu di perang Tabuk Rasulullah kehilangan Ka’ab Bin malik yang enggan turun dan beberapa yang lainnya maka Tanya lah pada hari ini berapa ratus jumlah mereka yang lebih memilih kenikmatan di rumah daripada menemani saudaranya berjuang. Jika saat itu jumlah nya hanya 3 atau 4 orang maka pada hari ini bisa ribuan jumlahnya. Sementara, kita hari ini telah luput dalam banyak absen di medan dakwah, hilang di banyak kesempatan. Kita absen dan tidak hadir bukan pada satu, dua atau tiga medan ketaatan, tapi mungkin puluhan, ratusan, ribuan, atau mungkin lebih dari itu. Tapi kita belum juga menangisi itu semua. Ingatkah ketika beberapa kaum faqir pada saat itu menangisi menemui Rasulullah untuk diajak pergi perang dengan peralatan seadanya. Lalu kemana air mata penyesalan kita ketika banyak hal telah kita tinggalkan. Padahal tahukan kita bahwa saat itu Sahabat Rasulullah saw, Umar bin Khattab menyerahkan separuh dari hartanya, sedangkan Utsman menyerahkan 300 unta dan 1000 dinar untuk membiayai perang.
Lalu teringat pula ketika Hukuman (iqob) diberikan kepada Ka’ab Bin malik, maka atas keimanan nya kepada Allah walau telah digoda oleh kaum kafir Quraisy namun tidak sedikit pun dia goyah.  Dia menerima semua hukuman yang diberikan kepadanya.
Dan terakhir mari Tanya pada diri sendiri, jangankan menyesali keabsenan kita, kebesaran jiwa kita untuk menerima hukuman atas kelalaian pun kita anggap sebagai angin lalu. malah hukuman kita jadikan alasan untuk keluar dari barisan ini lalu balik menyerang. Lalu mengapa semua ini bisa terjadi tahukah kenapa Mungkin ini terjadi bahwa kita belum tulus berjuang di jalan-Nya.
Wallahualam Bis shawwab

Ria Bustanudin
Staff Kebijakan Publik KAMMI Riau
Terima kasih kepada ketua KAMMI Riau untuk inspirasinya di       Kajian Pengurus KAMDA Riau  
Semoga bermanfaat
Pekanbaru/ 13  Maret 2012