Total Tayangan Halaman

Rabu, 20 Juni 2012

Dan semua ini hanyalah sebuah tulisan yang sangat subyektif sekali. Karena ditulis dengan tinta keegoisan dan proses belajar yang masih sangat tertatih-tatih dan rapuh.


Lagi-lagi pertanyaan yang sama di tanyakan kembali, kalau mau menghitung nya mungkin pertanyaan ini sudah ribuan kali ditanyakan oleh puluhan orang yang ada didekatku. Mulai dari orang tua, keluarga, adik-adikku, teman-teman, saudara seorganisasi hingga teman di dunia maya. Tapi ada yang menggelitik untuk pertanyaan kali ini, sebuah pertanyaan yang tak lansung mendarat kepadaku, pertanyaan yang kemudian ditanyakan kepada orang lain oleh temanku itu, he..he.. apakah karena dia melihat ku sangat dekat dengan saudariku itu sehingga cukup bagi teman ku itu untuk menanyakan nya.

 Hmmm.. tertawa geli saja mendengar cerita saudari ku itu, aku percaya dia tak akan menambahkan atau melebihkan. Hal  serupa juga pernah dilakukan oleh seorang senior ku, pertanyaan ini di tanyakannya kepada orang lain, bagaimana orang itu akan menjawab jika kami sudah lama tidak berjumpa walau masih sama-sama di kampus. Walau tak ada masalah dengan semua pertanyaan itu, entah mengapa rasanya aku sudah sangat “kebal” dipertanyakan pertanyaan seperti itu, jika diawal-awal dulu pertanyaan itu bisa bikin “bête” maka sekarang udah biasa aja dengan pertanyaan itu, tidak ada yang perlu aku kesalkan atau justru marah pada orang – orang yang menanyakan nya. Toh aku tidak harus membuat Jumpa pers untuk menjawab pertanyaan itu.

Lagi lagi soal diskusi pagi tadi bersama Linda, ada-ada saja cerita Linda. Akhwat berkulit hitam manis  ini selalu punya stock cerita yang tak akan ada habisnya, dan entah mengapa aku selalu saja mau mendengarkan ceritanya. Masih terkait soal pertanyaan mengenai wisuda ku yang ditanyakan oleh teman kami kepadanya, lagi- lagi aku berfikir kenapa orang-orang tak lansung menanyakan kepada ku apa masalah ku. Atau pertanyaan itu ditanyakan hanya untuk mengisi pembicaraan mereka di telefon saja biar ada yang dibicarakan. Entahlah

Ini lah yang sering tak aku pahami dari orang lain, ketika orang lain sering merasa sulit untuk memahami jalan pikiran ku. Ketika orang lain sering merasa sok tahu terhadap kehidupanku, apakah aku berhak untuk di judge sementara mereka tak membuka waktu untuk mengenal saja sedikit tentang hidup ku (maaf ini bukan point pembelaan) diluar ribuan kekurangan dalam hidup ini, tidak kah sedikit saja mereka melihat atau biarkan jika hanya ada seujung kuku hal yang positif dari hidupku. Beberapa merasa bahwa aku tak pernah mau menerima kritikan dari orang lain, Upss.. tunggu dulu tak selamanya ini benar tapi bukan berarti mereka juga salah, aku akui aku memang seperti itu, tapi tahukah kalian bahwa masih ada beberapa orang yang selalu memberikan kritikan nya kepada ku dan aku tak pernah tersinggung dengannya, banyak hal yang dikatakannya mampu aku cerna dan mampu aku turuti, beberapa orang yang hadir dalam senyum dan  message-message nya yang menyejukkan.

Teringat beberepa bulan yang lalu seseorang yang aku kenal baik telah “baku hantam” dengan ku di room chat FB, seseorang yang selama 4 tahun bersama ku di organisasi, entah karena dia sangat membenci cara ku makanya dia mampu mengatakan semua itu, dan bodohnya saat itu aku juga melakukan hal yang sama. Padahal aku punya pilihan untuk menahan semuanya, tapi pilihan itu tak kupilih. Dan kubiarkan semuanya berakhir “sempurna” dalam sebuah kemarahan. Ini bukanlah sebuah kebanggaan yang harusnya aku pamer - pamerkan, kini aku hanya tengah belajar membalut kemarahan itu, dan semua ini masih dalam sebuah proses yang harus aku lewati. Apakah sepantas itu aku dibenci ??? Dan malangnya beberapa orang mengetahui pertikaian itu, dan lagi-lagi tak ada yang menanyakan kepada ku mengapa semua bisa terjadi, kenapa mereka harus menanyakan kepada orang lain, apakah orang yang ditanyakan tahu apa yang terjadi. Itu masalahnya, adilkah ini untukku???

Seperti stanment  yang mengatakan bahwa aku sangat eksis sekali di FB, stantment salah..! salah besar teman. Tidak kah kau tahu aku juga punya akun Twitter, juga punya BLOG, juga kemarin masih menyimpan PIN BB dan aku juga eksis sekali disana. Dan tak ada pembelaan untuk ini, aku pun malas untuk membela, karena memang benar mungkin adanya. Tapi jika hidup ku aku habiskan di layar untuk pantengin aktivitas orang-orang di  dumay, maka biarkan sekali ini saja aku katakan “itu tidak benar” jika ingin aku klarifikasi, bahwa banyak hal yang aku lakukan di depan laptop ku. Tidak kah ingin kalian buka sedikit saja blog ku dan membacanya, atau kalian yang malas membaca, atau tulisan ku yang tak menarik (aku hanya tengah belajar teman..) kalau kau hanya membaca FB ku maka sampailah kalian pada kesimpulan seperti diatas, atau jika kalian berkenan bacalah tulisan ku di media cetak, atau jika kalian tak percaya maka datang lah kesini melihatnya.

Akan jadi masalah jika selanjutnya  aku katakan apa saja aktivitas ku setiap hari. Aku pun lagi tengah belajar teman, tak akan kubiarkan diriku mati dalam kubangan, dalam keadaaan galau tingkat nasional, tak kubiarkan masalah membelenggu hidupku, beberapa amanah sebagai korbid dan ketua di Pimpinan Pengurus cabang kemuslimahan aku coba jalani, saat ini statusku masih menjadi staff dari sebuah kelembagaan mahasiswa di Pekanbaru. Bersama dengan koordinator dan teman-teman ku itu kami agendakan banyak hal yang menjadi mimpi dan cita-cita.

 Jika kalian melihat ku dari sudut teman-temanku yang lain, yang masih sering terlihat “nongkrong”  di mesjid kampus, maka aku rasa masa itu telah lewat,  jika hanya dengan kalian melihat ku tak lagi ada disana itu bukan berarti aku telah “tiada” aku masih disini teman. Hanya berbeda tempat saja kali ini. Apakah ada masalah dengan semua itu ?? Lalu apakah jika kalian tak melihat ku disana maka pantas kah untuk kalian “memaki” ku di roomchat  seperti beberapa bulan yang lalu itu. Hari yang sangat pahit bagiku, kau telah tepat sekali menancapkan luka di saat luka yang lain tengah merekah pedih.

Waduh jadi kemana-mana, apakah ini bisa dikatakan curhat.. mungkin lagi lagi mereka benar. Mengatakan jika aku suka sekali curhat di FB. Maka sekarang biarkan aku akan berjanji untuk mengurangi bahasa bahasa curhat seperti yang mereka dan kalian maksudkan. Karena belakangan aku memang merasa kerepotan dengan ulah ku itu. Sebuah masukkan yang keren sekali tentunya, dan lebih oke lagi sebenarnya jika lansung ditujukan kepadaku.

Yakinlah teman aku tak seaneh, tak sesulit seperti yang kalian bayangkan atau seperti yang kalian katakan kepada teman-teman ku itu. Aku masih makan nasi seperti yang kalian makan, masih berpijak di bumi yang sama .

Kalau pun ada cara pandang yang berbeda maka katakan saja itu sebagai warna, bukan karena beberapa pendapat yang berbeda lantas kalian memberikan judgement  kepada ku, banyak hal yang aku seolah-olah paling tahu, suka mengatur sana sini.. aku sadari itu. Dan bagaimana ya aku menyakinkan kalian jika sekarang aku lagi belajar untuk merubah itu semua.

Okey mungkin aku rasa cukup sekian saja, rasanya sudah banyak sekali yang aku katakan mungkin kalian sudah mual membacanya. Maafkan aku yang membuat nafsu makan kalian jadi hilang, maafkanlah aku yang aneh, yang pernah menyakiti hati banyak orang. Selagi ada sakit yang pernah aku buat kepada kalian jika kalian bersedia maka katakanlah kepada ku, agar bisa lansung ku meminta maaf kepada kalian, walau tak harus makan satu meja disebuah warung makan untuk menembus kesalahan ku. Akan klise sekali jika aku katakan aku hanya manusia biasa dengan berjuta kesalahan dan kekurangan. Tapi itu lah aku, oh ya doakan ya semoga target wisuda selepas menyelesaikan mata kuliah ku yang mendapat nilai E SEMPURNA itu bisa kuperbaiki.semoga target 6 bulan kedepan terwujud.  Mudah-mudahan dari doa kalian aku bisa menempati janji Papa ku untuk wisuda. Walau tak janji akan memenuhi keinginannya agar aku bisa menjadi guru karena bagi Papa ku seorang perempuan jika dia menjadi guru maka akan punya banyak waktu untuk mengurusi rumah tangganya, hanya dengan alasan simple ini saja Papa memasukkan ke FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN di UIR, dan mencabut status kemahasiswaan ku di FISIPOL UNRI jurusan Hubungan International beberapa tahun silam.  Tak ada yang disesali, semua telah menjadi cycles yang ditentukan oleh Allah SWT. Pertemuan dengan semua kehidupan ini telah tertulis di lauh mahfuzNya.


*ditujukan untuk semua teman baik laki-laki maupun perempuan yang pernah hadir dan bersinggungan dengan kehidupan ini. Bukan ditujukan untuk menyindir pribadi seseorang. Dan semua ini hanyalah sebuah tulisan yang sangat subyektif sekali. Karena ditulis dengan tinta keegoisan dan proses belajar yang masih sangat tertatih-tatih dan rapuh.


Ria Bustanudin






Lagi-lagi pertanyaan yang sama di tanyakan kembali, kalau mau menghitung nya mungkin pertanyaan ini sudah ribuan kali ditanyakan oleh puluhan orang yang ada didekatku. Mulai dari orang tua, keluarga, adik-adikku, teman-teman, saudara seorganisasi hingga teman di dunia maya. Tapi ada yang menggelitik untuk pertanyaan kali ini, sebuah pertanyaan yang tak lansung mendarat kepadaku, pertanyaan yang kemudian ditanyakan kepada orang lain oleh temanku itu, he..he.. apakah karena dia melihat ku sangat dekat dengan saudariku itu sehingga cukup bagi teman ku itu untuk menanyakan nya.

 Hmmm.. tertawa geli saja mendengar cerita saudari ku itu, aku percaya dia tak akan menambahkan atau melebihkan. Hal  serupa juga pernah dilakukan oleh seorang senior ku, pertanyaan ini di tanyakannya kepada orang lain, bagaimana orang itu akan menjawab jika kami sudah lama tidak berjumpa walau masih sama-sama di kampus. Walau tak ada masalah dengan semua pertanyaan itu, entah mengapa rasanya aku sudah sangat “kebal” dipertanyakan pertanyaan seperti itu, jika diawal-awal dulu pertanyaan itu bisa bikin “bête” maka sekarang udah biasa aja dengan pertanyaan itu, tidak ada yang perlu aku kesalkan atau justru marah pada orang – orang yang menanyakan nya. Toh aku tidak harus membuat Jumpa pers untuk menjawab pertanyaan itu.

Lagi lagi soal diskusi pagi tadi bersama Linda, ada-ada saja cerita Linda. Akhwat berkulit hitam manis  ini selalu punya stock cerita yang tak akan ada habisnya, dan entah mengapa aku selalu saja mau mendengarkan ceritanya. Masih terkait soal pertanyaan mengenai wisuda ku yang ditanyakan oleh teman kami kepadanya, lagi- lagi aku berfikir kenapa orang-orang tak lansung menanyakan kepada ku apa masalah ku. Atau pertanyaan itu ditanyakan hanya untuk mengisi pembicaraan mereka di telefon saja biar ada yang dibicarakan. Entahlah

Ini lah yang sering tak aku pahami dari orang lain, ketika orang lain sering merasa sulit untuk memahami jalan pikiran ku. Ketika orang lain sering merasa sok tahu terhadap kehidupanku, apakah aku berhak untuk di judge sementara mereka tak membuka waktu untuk mengenal saja sedikit tentang hidup ku (maaf ini bukan point pembelaan) diluar ribuan kekurangan dalam hidup ini, tidak kah sedikit saja mereka melihat atau biarkan jika hanya ada seujung kuku hal yang positif dari hidupku. Beberapa merasa bahwa aku tak pernah mau menerima kritikan dari orang lain, Upss.. tunggu dulu tak selamanya ini benar tapi bukan berarti mereka juga salah, aku akui aku memang seperti itu, tapi tahukah kalian bahwa masih ada beberapa orang yang selalu memberikan kritikan nya kepada ku dan aku tak pernah tersinggung dengannya, banyak hal yang dikatakannya mampu aku cerna dan mampu aku turuti, beberapa orang yang hadir dalam senyum dan  message-message nya yang menyejukkan.

Teringat beberepa bulan yang lalu seseorang yang aku kenal baik telah “baku hantam” dengan ku di room chat FB, seseorang yang selama 4 tahun bersama ku di organisasi, entah karena dia sangat membenci cara ku makanya dia mampu mengatakan semua itu, dan bodohnya saat itu aku juga melakukan hal yang sama. Padahal aku punya pilihan untuk menahan semuanya, tapi pilihan itu tak kupilih. Dan kubiarkan semuanya berakhir “sempurna” dalam sebuah kemarahan. Ini bukanlah sebuah kebanggaan yang harusnya aku pamer - pamerkan, kini aku hanya tengah belajar membalut kemarahan itu, dan semua ini masih dalam sebuah proses yang harus aku lewati. Apakah sepantas itu aku dibenci ??? Dan malangnya beberapa orang mengetahui pertikaian itu, dan lagi-lagi tak ada yang menanyakan kepada ku mengapa semua bisa terjadi, kenapa mereka harus menanyakan kepada orang lain, apakah orang yang ditanyakan tahu apa yang terjadi. Itu masalahnya, adilkah ini untukku???

Seperti stanment  yang mengatakan bahwa aku sangat eksis sekali di FB, stantment salah..! salah besar teman. Tidak kah kau tahu aku juga punya akun Twitter, juga punya BLOG, juga kemarin masih menyimpan PIN BB dan aku juga eksis sekali disana. Dan tak ada pembelaan untuk ini, aku pun malas untuk membela, karena memang benar mungkin adanya. Tapi jika hidup ku aku habiskan di layar untuk pantengin aktivitas orang-orang di  dumay, maka biarkan sekali ini saja aku katakan “itu tidak benar” jika ingin aku klarifikasi, bahwa banyak hal yang aku lakukan di depan laptop ku. Tidak kah ingin kalian buka sedikit saja blog ku dan membacanya, atau kalian yang malas membaca, atau tulisan ku yang tak menarik (aku hanya tengah belajar teman..) kalau kau hanya membaca FB ku maka sampailah kalian pada kesimpulan seperti diatas, atau jika kalian berkenan bacalah tulisan ku di media cetak, atau jika kalian tak percaya maka datang lah kesini melihatnya.

Akan jadi masalah jika selanjutnya  aku katakan apa saja aktivitas ku setiap hari. Aku pun lagi tengah belajar teman, tak akan kubiarkan diriku mati dalam kubangan, dalam keadaaan galau tingkat nasional, tak kubiarkan masalah membelenggu hidupku, beberapa amanah sebagai korbid dan ketua di Pimpinan Pengurus cabang kemuslimahan aku coba jalani, saat ini statusku masih menjadi staff dari sebuah kelembagaan mahasiswa di Pekanbaru. Bersama dengan koordinator dan teman-teman ku itu kami agendakan banyak hal yang menjadi mimpi dan cita-cita.

 Jika kalian melihat ku dari sudut teman-temanku yang lain, yang masih sering terlihat “nongkrong”  di mesjid kampus, maka aku rasa masa itu telah lewat,  jika hanya dengan kalian melihat ku tak lagi ada disana itu bukan berarti aku telah “tiada” aku masih disini teman. Hanya berbeda tempat saja kali ini. Apakah ada masalah dengan semua itu ?? Lalu apakah jika kalian tak melihat ku disana maka pantas kah untuk kalian “memaki” ku di roomchat  seperti beberapa bulan yang lalu itu. Hari yang sangat pahit bagiku, kau telah tepat sekali menancapkan luka di saat luka yang lain tengah merekah pedih.

Waduh jadi kemana-mana, apakah ini bisa dikatakan curhat.. mungkin lagi lagi mereka benar. Mengatakan jika aku suka sekali curhat di FB. Maka sekarang biarkan aku akan berjanji untuk mengurangi bahasa bahasa curhat seperti yang mereka dan kalian maksudkan. Karena belakangan aku memang merasa kerepotan dengan ulah ku itu. Sebuah masukkan yang keren sekali tentunya, dan lebih oke lagi sebenarnya jika lansung ditujukan kepadaku.

Yakinlah teman aku tak seaneh, tak sesulit seperti yang kalian bayangkan atau seperti yang kalian katakan kepada teman-teman ku itu. Aku masih makan nasi seperti yang kalian makan, masih berpijak di bumi yang sama .

Kalau pun ada cara pandang yang berbeda maka katakan saja itu sebagai warna, bukan karena beberapa pendapat yang berbeda lantas kalian memberikan judgement  kepada ku, banyak hal yang aku seolah-olah paling tahu, suka mengatur sana sini.. aku sadari itu. Dan bagaimana ya aku menyakinkan kalian jika sekarang aku lagi belajar untuk merubah itu semua.

Okey mungkin aku rasa cukup sekian saja, rasanya sudah banyak sekali yang aku katakan mungkin kalian sudah mual membacanya. Maafkan aku yang membuat nafsu makan kalian jadi hilang, maafkanlah aku yang aneh, yang pernah menyakiti hati banyak orang. Selagi ada sakit yang pernah aku buat kepada kalian jika kalian bersedia maka katakanlah kepada ku, agar bisa lansung ku meminta maaf kepada kalian, walau tak harus makan satu meja disebuah warung makan untuk menembus kesalahan ku. Akan klise sekali jika aku katakan aku hanya manusia biasa dengan berjuta kesalahan dan kekurangan. Tapi itu lah aku, oh ya doakan ya semoga target wisuda selepas menyelesaikan mata kuliah ku yang mendapat nilai E SEMPURNA itu bisa kuperbaiki.semoga target 6 bulan kedepan terwujud.  Mudah-mudahan dari doa kalian aku bisa menempati janji Papa ku untuk wisuda. Walau tak janji akan memenuhi keinginannya agar aku bisa menjadi guru karena bagi Papa ku seorang perempuan jika dia menjadi guru maka akan punya banyak waktu untuk mengurusi rumah tangganya, hanya dengan alasan simple ini saja Papa memasukkan ke FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN di UIR, dan mencabut status kemahasiswaan ku di FISIPOL UNRI jurusan Hubungan International beberapa tahun silam.  Tak ada yang disesali, semua telah menjadi cycles yang ditentukan oleh Allah SWT. Pertemuan dengan semua kehidupan ini telah tertulis di lauh mahfuzNya.


*ditujukan untuk semua teman baik laki-laki maupun perempuan yang pernah hadir dan bersinggungan dengan kehidupan ini. Bukan ditujukan untuk menyindir pribadi seseorang. Dan semua ini hanyalah sebuah tulisan yang sangat subyektif sekali. Karena ditulis dengan tinta keegoisan dan proses belajar yang masih sangat tertatih-tatih dan rapuh.


Ria Bustanudin






Lagi-lagi pertanyaan yang sama di tanyakan kembali, kalau mau menghitung nya mungkin pertanyaan ini sudah ribuan kali ditanyakan oleh puluhan orang yang ada didekatku. Mulai dari orang tua, keluarga, adik-adikku, teman-teman, saudara seorganisasi hingga teman di dunia maya. Tapi ada yang menggelitik untuk pertanyaan kali ini, sebuah pertanyaan yang tak lansung mendarat kepadaku, pertanyaan yang kemudian ditanyakan kepada orang lain oleh temanku itu, he..he.. apakah karena dia melihat ku sangat dekat dengan saudariku itu sehingga cukup bagi teman ku itu untuk menanyakan nya.

 Hmmm.. tertawa geli saja mendengar cerita saudari ku itu, aku percaya dia tak akan menambahkan atau melebihkan. Hal  serupa juga pernah dilakukan oleh seorang senior ku, pertanyaan ini di tanyakannya kepada orang lain, bagaimana orang itu akan menjawab jika kami sudah lama tidak berjumpa walau masih sama-sama di kampus. Walau tak ada masalah dengan semua pertanyaan itu, entah mengapa rasanya aku sudah sangat “kebal” dipertanyakan pertanyaan seperti itu, jika diawal-awal dulu pertanyaan itu bisa bikin “bête” maka sekarang udah biasa aja dengan pertanyaan itu, tidak ada yang perlu aku kesalkan atau justru marah pada orang – orang yang menanyakan nya. Toh aku tidak harus membuat Jumpa pers untuk menjawab pertanyaan itu.

Lagi lagi soal diskusi pagi tadi bersama Linda, ada-ada saja cerita Linda. Akhwat berkulit hitam manis  ini selalu punya stock cerita yang tak akan ada habisnya, dan entah mengapa aku selalu saja mau mendengarkan ceritanya. Masih terkait soal pertanyaan mengenai wisuda ku yang ditanyakan oleh teman kami kepadanya, lagi- lagi aku berfikir kenapa orang-orang tak lansung menanyakan kepada ku apa masalah ku. Atau pertanyaan itu ditanyakan hanya untuk mengisi pembicaraan mereka di telefon saja biar ada yang dibicarakan. Entahlah

Ini lah yang sering tak aku pahami dari orang lain, ketika orang lain sering merasa sulit untuk memahami jalan pikiran ku. Ketika orang lain sering merasa sok tahu terhadap kehidupanku, apakah aku berhak untuk di judge sementara mereka tak membuka waktu untuk mengenal saja sedikit tentang hidup ku (maaf ini bukan point pembelaan) diluar ribuan kekurangan dalam hidup ini, tidak kah sedikit saja mereka melihat atau biarkan jika hanya ada seujung kuku hal yang positif dari hidupku. Beberapa merasa bahwa aku tak pernah mau menerima kritikan dari orang lain, Upss.. tunggu dulu tak selamanya ini benar tapi bukan berarti mereka juga salah, aku akui aku memang seperti itu, tapi tahukah kalian bahwa masih ada beberapa orang yang selalu memberikan kritikan nya kepada ku dan aku tak pernah tersinggung dengannya, banyak hal yang dikatakannya mampu aku cerna dan mampu aku turuti, beberapa orang yang hadir dalam senyum dan  message-message nya yang menyejukkan.

Teringat beberepa bulan yang lalu seseorang yang aku kenal baik telah “baku hantam” dengan ku di room chat FB, seseorang yang selama 4 tahun bersama ku di organisasi, entah karena dia sangat membenci cara ku makanya dia mampu mengatakan semua itu, dan bodohnya saat itu aku juga melakukan hal yang sama. Padahal aku punya pilihan untuk menahan semuanya, tapi pilihan itu tak kupilih. Dan kubiarkan semuanya berakhir “sempurna” dalam sebuah kemarahan. Ini bukanlah sebuah kebanggaan yang harusnya aku pamer - pamerkan, kini aku hanya tengah belajar membalut kemarahan itu, dan semua ini masih dalam sebuah proses yang harus aku lewati. Apakah sepantas itu aku dibenci ??? Dan malangnya beberapa orang mengetahui pertikaian itu, dan lagi-lagi tak ada yang menanyakan kepada ku mengapa semua bisa terjadi, kenapa mereka harus menanyakan kepada orang lain, apakah orang yang ditanyakan tahu apa yang terjadi. Itu masalahnya, adilkah ini untukku???

Seperti stanment  yang mengatakan bahwa aku sangat eksis sekali di FB, stantment salah..! salah besar teman. Tidak kah kau tahu aku juga punya akun Twitter, juga punya BLOG, juga kemarin masih menyimpan PIN BB dan aku juga eksis sekali disana. Dan tak ada pembelaan untuk ini, aku pun malas untuk membela, karena memang benar mungkin adanya. Tapi jika hidup ku aku habiskan di layar untuk pantengin aktivitas orang-orang di  dumay, maka biarkan sekali ini saja aku katakan “itu tidak benar” jika ingin aku klarifikasi, bahwa banyak hal yang aku lakukan di depan laptop ku. Tidak kah ingin kalian buka sedikit saja blog ku dan membacanya, atau kalian yang malas membaca, atau tulisan ku yang tak menarik (aku hanya tengah belajar teman..) kalau kau hanya membaca FB ku maka sampailah kalian pada kesimpulan seperti diatas, atau jika kalian berkenan bacalah tulisan ku di media cetak, atau jika kalian tak percaya maka datang lah kesini melihatnya.

Akan jadi masalah jika selanjutnya  aku katakan apa saja aktivitas ku setiap hari. Aku pun lagi tengah belajar teman, tak akan kubiarkan diriku mati dalam kubangan, dalam keadaaan galau tingkat nasional, tak kubiarkan masalah membelenggu hidupku, beberapa amanah sebagai korbid dan ketua di Pimpinan Pengurus cabang kemuslimahan aku coba jalani, saat ini statusku masih menjadi staff dari sebuah kelembagaan mahasiswa di Pekanbaru. Bersama dengan koordinator dan teman-teman ku itu kami agendakan banyak hal yang menjadi mimpi dan cita-cita.

 Jika kalian melihat ku dari sudut teman-temanku yang lain, yang masih sering terlihat “nongkrong”  di mesjid kampus, maka aku rasa masa itu telah lewat,  jika hanya dengan kalian melihat ku tak lagi ada disana itu bukan berarti aku telah “tiada” aku masih disini teman. Hanya berbeda tempat saja kali ini. Apakah ada masalah dengan semua itu ?? Lalu apakah jika kalian tak melihat ku disana maka pantas kah untuk kalian “memaki” ku di roomchat  seperti beberapa bulan yang lalu itu. Hari yang sangat pahit bagiku, kau telah tepat sekali menancapkan luka di saat luka yang lain tengah merekah pedih.

Waduh jadi kemana-mana, apakah ini bisa dikatakan curhat.. mungkin lagi lagi mereka benar. Mengatakan jika aku suka sekali curhat di FB. Maka sekarang biarkan aku akan berjanji untuk mengurangi bahasa bahasa curhat seperti yang mereka dan kalian maksudkan. Karena belakangan aku memang merasa kerepotan dengan ulah ku itu. Sebuah masukkan yang keren sekali tentunya, dan lebih oke lagi sebenarnya jika lansung ditujukan kepadaku.

Yakinlah teman aku tak seaneh, tak sesulit seperti yang kalian bayangkan atau seperti yang kalian katakan kepada teman-teman ku itu. Aku masih makan nasi seperti yang kalian makan, masih berpijak di bumi yang sama .

Kalau pun ada cara pandang yang berbeda maka katakan saja itu sebagai warna, bukan karena beberapa pendapat yang berbeda lantas kalian memberikan judgement  kepada ku, banyak hal yang aku seolah-olah paling tahu, suka mengatur sana sini.. aku sadari itu. Dan bagaimana ya aku menyakinkan kalian jika sekarang aku lagi belajar untuk merubah itu semua.

Okey mungkin aku rasa cukup sekian saja, rasanya sudah banyak sekali yang aku katakan mungkin kalian sudah mual membacanya. Maafkan aku yang membuat nafsu makan kalian jadi hilang, maafkanlah aku yang aneh, yang pernah menyakiti hati banyak orang. Selagi ada sakit yang pernah aku buat kepada kalian jika kalian bersedia maka katakanlah kepada ku, agar bisa lansung ku meminta maaf kepada kalian, walau tak harus makan satu meja disebuah warung makan untuk menembus kesalahan ku. Akan klise sekali jika aku katakan aku hanya manusia biasa dengan berjuta kesalahan dan kekurangan. Tapi itu lah aku, oh ya doakan ya semoga target wisuda selepas menyelesaikan mata kuliah ku yang mendapat nilai E SEMPURNA itu bisa kuperbaiki.semoga target 6 bulan kedepan terwujud.  Mudah-mudahan dari doa kalian aku bisa menempati janji Papa ku untuk wisuda. Walau tak janji akan memenuhi keinginannya agar aku bisa menjadi guru karena bagi Papa ku seorang perempuan jika dia menjadi guru maka akan punya banyak waktu untuk mengurusi rumah tangganya, hanya dengan alasan simple ini saja Papa memasukkan ke FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN di UIR, dan mencabut status kemahasiswaan ku di FISIPOL UNRI jurusan Hubungan International beberapa tahun silam.  Tak ada yang disesali, semua telah menjadi cycles yang ditentukan oleh Allah SWT. Pertemuan dengan semua kehidupan ini telah tertulis di lauh mahfuzNya.


*ditujukan untuk semua teman baik laki-laki maupun perempuan yang pernah hadir dan bersinggungan dengan kehidupan ini. Bukan ditujukan untuk menyindir pribadi seseorang. Dan semua ini hanyalah sebuah tulisan yang sangat subyektif sekali. Karena ditulis dengan tinta keegoisan dan proses belajar yang masih sangat tertatih-tatih dan rapuh.


Ria Bustanudin






Lagi-lagi pertanyaan yang sama di tanyakan kembali, kalau mau menghitung nya mungkin pertanyaan ini sudah ribuan kali ditanyakan oleh puluhan orang yang ada didekatku. Mulai dari orang tua, keluarga, adik-adikku, teman-teman, saudara seorganisasi hingga teman di dunia maya. Tapi ada yang menggelitik untuk pertanyaan kali ini, sebuah pertanyaan yang tak lansung mendarat kepadaku, pertanyaan yang kemudian ditanyakan kepada orang lain oleh temanku itu, he..he.. apakah karena dia melihat ku sangat dekat dengan saudariku itu sehingga cukup bagi teman ku itu untuk menanyakan nya.

 Hmmm.. tertawa geli saja mendengar cerita saudari ku itu, aku percaya dia tak akan menambahkan atau melebihkan. Hal  serupa juga pernah dilakukan oleh seorang senior ku, pertanyaan ini di tanyakannya kepada orang lain, bagaimana orang itu akan menjawab jika kami sudah lama tidak berjumpa walau masih sama-sama di kampus. Walau tak ada masalah dengan semua pertanyaan itu, entah mengapa rasanya aku sudah sangat “kebal” dipertanyakan pertanyaan seperti itu, jika diawal-awal dulu pertanyaan itu bisa bikin “bête” maka sekarang udah biasa aja dengan pertanyaan itu, tidak ada yang perlu aku kesalkan atau justru marah pada orang – orang yang menanyakan nya. Toh aku tidak harus membuat Jumpa pers untuk menjawab pertanyaan itu.

Lagi lagi soal diskusi pagi tadi bersama Linda, ada-ada saja cerita Linda. Akhwat berkulit hitam manis  ini selalu punya stock cerita yang tak akan ada habisnya, dan entah mengapa aku selalu saja mau mendengarkan ceritanya. Masih terkait soal pertanyaan mengenai wisuda ku yang ditanyakan oleh teman kami kepadanya, lagi- lagi aku berfikir kenapa orang-orang tak lansung menanyakan kepada ku apa masalah ku. Atau pertanyaan itu ditanyakan hanya untuk mengisi pembicaraan mereka di telefon saja biar ada yang dibicarakan. Entahlah

Ini lah yang sering tak aku pahami dari orang lain, ketika orang lain sering merasa sulit untuk memahami jalan pikiran ku. Ketika orang lain sering merasa sok tahu terhadap kehidupanku, apakah aku berhak untuk di judge sementara mereka tak membuka waktu untuk mengenal saja sedikit tentang hidup ku (maaf ini bukan point pembelaan) diluar ribuan kekurangan dalam hidup ini, tidak kah sedikit saja mereka melihat atau biarkan jika hanya ada seujung kuku hal yang positif dari hidupku. Beberapa merasa bahwa aku tak pernah mau menerima kritikan dari orang lain, Upss.. tunggu dulu tak selamanya ini benar tapi bukan berarti mereka juga salah, aku akui aku memang seperti itu, tapi tahukah kalian bahwa masih ada beberapa orang yang selalu memberikan kritikan nya kepada ku dan aku tak pernah tersinggung dengannya, banyak hal yang dikatakannya mampu aku cerna dan mampu aku turuti, beberapa orang yang hadir dalam senyum dan  message-message nya yang menyejukkan.

Teringat beberepa bulan yang lalu seseorang yang aku kenal baik telah “baku hantam” dengan ku di room chat FB, seseorang yang selama 4 tahun bersama ku di organisasi, entah karena dia sangat membenci cara ku makanya dia mampu mengatakan semua itu, dan bodohnya saat itu aku juga melakukan hal yang sama. Padahal aku punya pilihan untuk menahan semuanya, tapi pilihan itu tak kupilih. Dan kubiarkan semuanya berakhir “sempurna” dalam sebuah kemarahan. Ini bukanlah sebuah kebanggaan yang harusnya aku pamer - pamerkan, kini aku hanya tengah belajar membalut kemarahan itu, dan semua ini masih dalam sebuah proses yang harus aku lewati. Apakah sepantas itu aku dibenci ??? Dan malangnya beberapa orang mengetahui pertikaian itu, dan lagi-lagi tak ada yang menanyakan kepada ku mengapa semua bisa terjadi, kenapa mereka harus menanyakan kepada orang lain, apakah orang yang ditanyakan tahu apa yang terjadi. Itu masalahnya, adilkah ini untukku???

Seperti stanment  yang mengatakan bahwa aku sangat eksis sekali di FB, stantment salah..! salah besar teman. Tidak kah kau tahu aku juga punya akun Twitter, juga punya BLOG, juga kemarin masih menyimpan PIN BB dan aku juga eksis sekali disana. Dan tak ada pembelaan untuk ini, aku pun malas untuk membela, karena memang benar mungkin adanya. Tapi jika hidup ku aku habiskan di layar untuk pantengin aktivitas orang-orang di  dumay, maka biarkan sekali ini saja aku katakan “itu tidak benar” jika ingin aku klarifikasi, bahwa banyak hal yang aku lakukan di depan laptop ku. Tidak kah ingin kalian buka sedikit saja blog ku dan membacanya, atau kalian yang malas membaca, atau tulisan ku yang tak menarik (aku hanya tengah belajar teman..) kalau kau hanya membaca FB ku maka sampailah kalian pada kesimpulan seperti diatas, atau jika kalian berkenan bacalah tulisan ku di media cetak, atau jika kalian tak percaya maka datang lah kesini melihatnya.

Akan jadi masalah jika selanjutnya  aku katakan apa saja aktivitas ku setiap hari. Aku pun lagi tengah belajar teman, tak akan kubiarkan diriku mati dalam kubangan, dalam keadaaan galau tingkat nasional, tak kubiarkan masalah membelenggu hidupku, beberapa amanah sebagai korbid dan ketua di Pimpinan Pengurus cabang kemuslimahan aku coba jalani, saat ini statusku masih menjadi staff dari sebuah kelembagaan mahasiswa di Pekanbaru. Bersama dengan koordinator dan teman-teman ku itu kami agendakan banyak hal yang menjadi mimpi dan cita-cita.

 Jika kalian melihat ku dari sudut teman-temanku yang lain, yang masih sering terlihat “nongkrong”  di mesjid kampus, maka aku rasa masa itu telah lewat,  jika hanya dengan kalian melihat ku tak lagi ada disana itu bukan berarti aku telah “tiada” aku masih disini teman. Hanya berbeda tempat saja kali ini. Apakah ada masalah dengan semua itu ?? Lalu apakah jika kalian tak melihat ku disana maka pantas kah untuk kalian “memaki” ku di roomchat  seperti beberapa bulan yang lalu itu. Hari yang sangat pahit bagiku, kau telah tepat sekali menancapkan luka di saat luka yang lain tengah merekah pedih.

Waduh jadi kemana-mana, apakah ini bisa dikatakan curhat.. mungkin lagi lagi mereka benar. Mengatakan jika aku suka sekali curhat di FB. Maka sekarang biarkan aku akan berjanji untuk mengurangi bahasa bahasa curhat seperti yang mereka dan kalian maksudkan. Karena belakangan aku memang merasa kerepotan dengan ulah ku itu. Sebuah masukkan yang keren sekali tentunya, dan lebih oke lagi sebenarnya jika lansung ditujukan kepadaku.

Yakinlah teman aku tak seaneh, tak sesulit seperti yang kalian bayangkan atau seperti yang kalian katakan kepada teman-teman ku itu. Aku masih makan nasi seperti yang kalian makan, masih berpijak di bumi yang sama .

Kalau pun ada cara pandang yang berbeda maka katakan saja itu sebagai warna, bukan karena beberapa pendapat yang berbeda lantas kalian memberikan judgement  kepada ku, banyak hal yang aku seolah-olah paling tahu, suka mengatur sana sini.. aku sadari itu. Dan bagaimana ya aku menyakinkan kalian jika sekarang aku lagi belajar untuk merubah itu semua.

Okey mungkin aku rasa cukup sekian saja, rasanya sudah banyak sekali yang aku katakan mungkin kalian sudah mual membacanya. Maafkan aku yang membuat nafsu makan kalian jadi hilang, maafkanlah aku yang aneh, yang pernah menyakiti hati banyak orang. Selagi ada sakit yang pernah aku buat kepada kalian jika kalian bersedia maka katakanlah kepada ku, agar bisa lansung ku meminta maaf kepada kalian, walau tak harus makan satu meja disebuah warung makan untuk menembus kesalahan ku. Akan klise sekali jika aku katakan aku hanya manusia biasa dengan berjuta kesalahan dan kekurangan. Tapi itu lah aku, oh ya doakan ya semoga target wisuda selepas menyelesaikan mata kuliah ku yang mendapat nilai E SEMPURNA itu bisa kuperbaiki.semoga target 6 bulan kedepan terwujud.  Mudah-mudahan dari doa kalian aku bisa menempati janji Papa ku untuk wisuda. Walau tak janji akan memenuhi keinginannya agar aku bisa menjadi guru karena bagi Papa ku seorang perempuan jika dia menjadi guru maka akan punya banyak waktu untuk mengurusi rumah tangganya, hanya dengan alasan simple ini saja Papa memasukkan ke FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN di UIR, dan mencabut status kemahasiswaan ku di FISIPOL UNRI jurusan Hubungan International beberapa tahun silam.  Tak ada yang disesali, semua telah menjadi cycles yang ditentukan oleh Allah SWT. Pertemuan dengan semua kehidupan ini telah tertulis di lauh mahfuzNya.


*ditujukan untuk semua teman baik laki-laki maupun perempuan yang pernah hadir dan bersinggungan dengan kehidupan ini. Bukan ditujukan untuk menyindir pribadi seseorang. Dan semua ini hanyalah sebuah tulisan yang sangat subyektif sekali. Karena ditulis dengan tinta keegoisan dan proses belajar yang masih sangat tertatih-tatih dan rapuh.


Ria Bustanudin







v

Senin, 18 Juni 2012

Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis.

Saya Belajar


Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai.

Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tehun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menhancurkannya.

Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik.

Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta orang yang begitu perhatian pada saya.

Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa tumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa di antaranya melahirkan cinta sejati.

Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya.

Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain, kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus-menerus.

Saya belajar, bahwa lingkungan dapat memengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang telah saya lakukan.

Saya belajar, bahwa dua menusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang bebeda.

Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya.

Saya belajar, bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati.

Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya.

Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis.

Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering di ambil segera dari kehidupan saya.

Selamat belajar.

Sumber : Net 


Minggu, 17 Juni 2012

Kenapa harus marah Ria

Alhamdulillah hari ini masih diberi Allah kemudahan dan rezeki untuk menjalani aktifitas seperti biasanya, teringin pula hati kembali menulis tentang sesuatu yang terasa, walau saya tak tahu apa gunanya semuanya ini. Tapi itulah passion, itulah cinta, semuanya tak bisa ditebak, semuanya tak bisa direncanakan semuanya akan mengalir begitu saja, begitupun kesukaan pada kegemaran yang satu ini. Yak.. menulis, bagi seorang Ria menulis adalah sahabat, ada gairah, ada kekuatan dimana ketika lisan sulit untuk mengatakan sesuatu maka tulisan ini menjadi sahabat yang tak tergantikan. 

********
Kenapa harus marah Ria

       Seiring berjalannya waktu semakin banyak saja yang terasa makin menyesakkan perjalanan ini, ketika semuanya terasa semakin menjadi extraordinary, bahkan untuk menterjemahkan pun rasanya sulit sekali, seperti sakit di kepala ini yang tak kunjung hilang, walau telah ditangkal dengan minum juice tanpa gula dan susu, beristirahat cukup, mencari cela agar bisa sejenak untuk menghilangkannya, ke dokter bukan lah jawaban untuk menjawabnya karena dokter pun pasti tahu, resep sesungguhnya ada pada diri sendiri  ku. Tanpa harus ke sana pun aku sudah tahu apa jawabanya semua ini, tapi entah mengapa aku masih membiarkan dia si sakit itu ada di sini.
Aku sebenarnya yakin bahwa aku hanya tengah diuji oleh Allah dengan sedikit kesulitan, bukankah diluar sana jauh di sudut-sudut keremangan  malam itu lebih banyak yang diuji oleh Allah jauh berkali lipat dari apa yang kuhadapi ini. Lalu  buat apa aku marah dengan semua keadaan ini, buat apa aku menangis ketika semuanya hanya sedikit  terasa menyesakkan, bukan kah semua nya harus dihadapi mengapa aku harus bersedih, mengapa aku harus meratapi apa yang terjadi jika disini. Sesungguhnya  persoalan itu satu persatu mulai terurai sedikit demi sedikit menuju ke hulu meninggalkan mu,
Teringat ketika aku  berkelahi dengan anak tetangga maka kami kakak beradik saling membela, balas memukuli anak itu, yang kemudian anak itu bisa kita kalahkan karena dia tak punya adik atau kakak yang akan membantunya, tapi lihatlah ketika itu kita mampu tetap survive, Sepeda yang dibelikan untuk kita satu perorang tak lupa diberi boncengan agar bisa membawa si Gendut Puput dibelakangnya, dan papa juga selalu menambahkan keranjang didepannya agar kita bisa menaruh mainan atau minuman ketika pergi bermain.  Tak ada ketakutan ketika itu untuk melawan mereka yang menyakiti ku atau adikku, dengan beraninya kami menantang mereka satu persatu, ketika mainan kami dirampas, maka kami akan merebutnya kembali. Hmm.. semua tentang keberanian  juga semuanya tentang hal yang menyenangkan di masa lalu ku, ketika kebersamaan menjadi tolak ukur kebahagiaan itu, kini setelah hampir beberapa tahun kita disibukkan dengan semua aktifitas maka entah mengapa beberapa bulan ini kita kembali menjadi dekat  lagi, kesibukkan pun mampu kita kalahkan untuk bersama kita hadapi.
Lalu mengapa aku juga harus marah pada mereka yang tak peduli pada ku, bukan kah mereka juga paling tahu bahwa aku adalah orang yang paling tak pedulian dengan mereka. Atau saat ini kesibukan kami masing-masing telah menyita ribuan perhatian yang aku harapkan ketika aku merasa bahwa betapa semua ini menyakitkan.
Hufftttt lagi – lagi tulisan tentang keluhan, tentang hal – hal kecil yang diperbesarkan.. hmmm.. k apankah bilanya aku menjadi seseorang yang kuat, tidak cengeng, dan berani menghadapi kenyataan dalam hidup ini. Ternyata aku masih sama penakutnya seperti dulu, bahkan untuk mematahkan sebatang sumpit yang terbuat dari bamboo dalam acara TOT Kemenpora setahun yang lalu saja aku tak berani, ketika ratusan peserta saat itu bisa dengan mudahnya mengapa untuk satu sumpit saja aku tak mampu, dan lebih parahnya untuk memecahkan sebuah balon saja aku tak berani.
Hmmm. Kapankah waktu untuk menjadi berani itu datang, kapankah bisa aku tidur dengan mematikan lampu kamar sendirian, jika bayang-bayang kengerian di hari pertama pisah tidur dengan Nia itu tak pernah bisa hilang dalam hidupku.  lalu kapan aku bisa berfikir bahwa jika Allah telah mentakdirkan kecelakaan maka di mana saja bisa terjadi, lalu mengapa jika setiap melewati lokasi tempat kecelakaan itu aku masih ketakutan, bulu kudukku berdiri, ketakutan itu makin menjadi-jadi. Bahkan tak jarang aku bergidik dan berteriak sendirian.. Oh ya Allah adakah orang yang lebih penakut dari pada ku. Siapa kah yang mampu mengajari ku untuk menjadi berani, jika aku selalu saja merasa disini sendirian, dalam ruang fatamorgana ini.
 Kapan kah aku menjadi benar-benar kuat menantang  kehidupan ini. Kapan kah semua ketakutan itu hilang, ketakutan akan dikecewakan, ketakutan akan ditinggalkan, disakiti, dan dikhianati. Bukankah banyak hal telah aku lewati, bahkan sakitnya jarum suntik berisi cairan pedih yang masuk ke tubuhku selama 4 hari itu telah aku rasakan, bukan kah aku telah melewati lorong – lorong ruang operasi itu, bahkan pernah dua kali berada di sana dalam keadaan “mati” bukankah telah lewati rangkaian  kengerian itu, lalu mengapa masih saja masih jadi penakut, takut menghadapi kenyataan.
Dan jangan pernah marah tentang semua yang pernah terjadi kemarin, keluarga ini,  dan mereka., hadapi hidup ini, hanya dalam hitungan bulan saja kau akan segera meninggalkan mimpi buruk  ini, maka berjalanlah Ria, semua mimpi-mimpi itu satu persatu telah terwujud… lihatlah Ria bukalah matamu, bukan kah satu persatu cita-cita telah hampir tersingkap, dan sinarnya telah menyilaukan mata, lalu kenapa harus takut untuk menyingkap tirai-tirai itu. Come on  Ria.. bukankah nasehat  bintang tadi malam telah cukup untuk meyakin kan mu.. lihatlah pagi ini dia keletihan karena tadi malam menemani untuk menyeka air mata, tak kan ingin kau senangkan hati nya sedikit saja, ayo lah Ria.. semua cita-citamu tentang konfigurasi itu harus diwujudkan.
Mereka menantimu. Bukankah ada Allah disini Ria, yang tak pernah meninggalkan mu barang sedikit saja, ketika  perawat itu memapahmu ke dalam ruang operasi, ketika mereka menyuntikkan cairan yang membuat mu tak sadar yang pedihnya melewati tenggorokan dan membuat mu mual lalu saat kau tak sadarkan diri bukankah Allah telah mengenggam tangan mu bahkan memberi bonus dengan kehadiran mama di saat kau sadar, Allah yang tak pernah menyakitimu bahkan Dia yang mengobati luka yang ditorehkannya, mereka yang terus saja tak pernah bosan memberi mu rasa sakit.
Dia yang membalutnya dalam sebuah janji yang telah pasti, dia yang mengabulkan doa-doa mu tentang semua ini  tentang kelukaan ini, tentang semua yang terjadi ini. Ria.. yakinlah.. buanglah semua ketakutan itu, hadapi mimpi, berdirilah di bawah matahari itu dan lihatlah keatas, bahwa disana semua keharuman itu telah disediakan. Disini bersama cinta Allah, cinta Murobbi mu, cinta keluarga ini, cinta saudara-saudara ku di KAMMI. Hey.. lupakan mereka yang membuat mu sedih, buang lah buruk sangka kepada mereka yang pernah menyakitimu, hapuslah semua kenangan yang menyakiti mu, maafkan lah mereka, maka siap-siap lah menjemput cita-cita itu..

Pekanbaru, 15 Juni 2012
Di semua kenangan tentang ketakutan yang tengah (belajar) untuk ditinggalkan