Total Tayangan Halaman

Kamis, 20 September 2012

Itulah kalau nakhoda tidaklah paham alamat kapal akan tenggelam


Euforia kemeriahan PON ke 18 telah berakhir tepat pada tanggal 20 September pekan olahraga terbesar di Indonesia ini ditutup oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, gegap gempita pelaksanaannya sungguh luar biasa, semua berpesta, semua bergembira. Ini lah Indonesia, inilah rakyatnya, terlalu lama di percundangi oleh kompeni membuat watak orang Indonesia mengkal.
PON ke 18 di Provinsi Riau sepatutnya menjadi ajang yang luar biasa,  kemegahan seharusnya berbanding lurus dengan capaian yang dijadikan target, namun tampaknya hal ini hanya akan menjadi cerita kosong saja, selepas PON ini kita akan sama-sama melihat apakah targetan-targertan itu memang tercapai atau justru jauh panggang dari api.
Pemerintah Provinsi Riau melalui data LSM diperkirakan telah mengeluarkan 4,8 T untuk pembiayaan PON, bukan jumlah uang yang sedikit, oleh karenanya dipastikan pemerintah Provinsi Riau dalam kurun beberapa tahun kedepan akan hanya melunasi pembiayaan ini saja, karena seperti yang kita tahu bahwa pendanaan berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah Riau, sementara pemerintah pusat hanya menggelontorkan sedikit bantuan saja, pihak sponsor yang tadinya diharap mau bekerja sama malah hilang entah kemana, hingga mau tak mau daripada kehilangan marwah PON tetap dilaksanakan di provinsi ini dengan terpaksa menggunakan uang “pribadi”.  
Kilas balik bagaimana Riau bisa menjadi tuan rumah memang tidak dapat di lepaskan dari peran besar Rusli Zainal Gubernur Riau yang menjabat 2 periode ini di tahun 2007, saat itu Riau bersaing dengan beberapa provinsi seperti  Jawa Barat, dan pada making decision nya Riau keluar sebagai “pemenang”. Dengan alasan agar ada pemerataan kemajuan olah raga di seluruh Indonesia . jadinya Riau menjadi Tuan Rumah. Kemelut kisruh PON ini telah terjadi di awal pelaksanaan hingga kini tepat dimana PON telah ditutup dengan pesta mewahnya. Dimulai dengan pembagian proyek pembangunan venues yang dijatah “masing-masing” kepada kolega dan handai taulan sang Pejabat. Kasus suap menyuap, kasus korupsi anggaran, venues yang terbengkalai, pembayaran honor, dan masih banyak masalah yang lainnya.
Saat pelaksanaan PON masyarakat pun dibuai dengan cerita dan tayangan betapa luar biasa nya PON ini, Riau dikenal di seluruh Indonesia, Riau semarak dengan kemeriahan pesta, tak ada ruang yang terbuka untuk sedikit melihat bahwa betapa ini menyakitkan. Betapa tidak, untuk kemeriahan beberapa saat kita harus mengorbankan triliyunan rupiah jatah jaminan pembangunan masyarakat Riau. Untuk euphoria sejenak kita mengabaikan nasib kesejehteraan puluhan ribu guru, perawat, buruh, petani, nelayan negeri ini. Di tengah hiruk pikuk pesta kita menutup mata atas jaminan kesehatan  ribuan anak balita, ratusan pasien miskin yang harus terbaring di lorong-lorong kamar sempit  rumah sakit pemerintah dengan pelayanan seadanya, dan demi gegap gempita nya pesta ratusan anak negeri ini terancam akan semakin dimatikan karakternya karena jatah pendidikan tak lagi cukup untuk mendidik mereka. Dan demi pesta bersama artis-artis ibu kota kita merelakan mereka yang berada di perbatasan, di pulau-pulau kecil semakin tersudutkan tak diperdulikan.
Kita bisa saja mengatakan bahwa kita orang Riau harus mensukseskan pelaksanaan PON ini, bukan orang Riau namanya jika tidak menghargai kerja keras orang menyelenggarakan PON, prestasi luar biasa jika Riau bisa membuat open dan closing ceremony yang megah, mengundang penyanyi dengan bayaran tinggi datang ke Riau menghibur kita semalam ya..hanya semalam, karena malam-malam berikutnya kita akan kembali bertemankan pelito* duduk di tangga depan rumah melihat jalanan telah kosong, pesta telah usai, kita ditinggal sendiri.
Pelaksanaan PON dengan 4 catur sukses yang diharapkan akan bisa dilihat berhasil atau tidak tentunya selepas ini, tapi jika dikatakan sebagai promosi daerah maka cukup selama pelaksanaan PON ini Riau di cap gagal menyelenggarakannya, tak ada good news yang ada bad news, pemerintah daerah telah mengeluarkan triliyunan rupiah untuk promosi tapi pemerintah pusat apalah daya membantu, media jauh lebih berkuasa. Kedatangan SBY pun tercoreng dengan pemberlakuan tiket masuk seharga 3 juta hingga 100 ribu untuk tribun penonton, alhasil kursi banyak yang kosong,  tak pelak sampai disitu, di tempat  pertandingan dikenakan pula retribusi parkir yang tak wajar, jika tak tahu malu tiket penonton pun akan di charge. Sungguh kenyataan yang diluar akal logika, korupsi dengan gaya baru dan ini benar-benar tidak lagi di bawah meja tapi sudah dengan meja-meja nya.
Kita sering lupa bahwa banyak kerja yang lebih penting, ibarat berladang kita belum menanam tapi sudah mau makan enak, bekerja lah dulu, tanamlah padi, beri air dan pupuk, kerja keras menjaga padi dari hama, mengairinya agar tak kering, bersabar menunggu hingga padi menguning siap di panen, ketika semua dipastikan padi rakyatnya telah tumbuh dengan subur tak ada lagi yang bersedih hati karena tanaman padinya  tak merunduk, jikalau semua sudah settle boleh  lah melepas lelah dengan berkumpul bersama menikmati hasil panen, semua tua muda, yang punya sawah dan tak punya sawah duduk bersama di atas rumput bernyanyi bersama ratusan anak burung yang terbang rendah, sang pemimpin membuka hajat dengan tak lupa menyimpan hasil nya sebagian untuk bekal hadapan, agar tak tamak kekenyangan yang bisa menyebabkan kehinaan atas keserakahan.
Maka logo “selamat datang sang juara” dengan burung serindit nya tercoreng malu sudah, mental juara hanya untuk tamu yang datang tapi tidak untuk tuan rumah,sifat egois yang mengakar telah melukai tanah melayu, tak ada lagi adat bersendikan syara, syara bersendikan kitabullah. Semoga selepas ini KPK di  Riau akan melakukan kerja bersih-bersih, menangkapi penyamun yang menunpang di kapal, biarlah ini menjadi pelajaran berharga untuk dikenang oleh anak cucu tentang kisah keserakahan pemimpinnya .  Apabila pemimpin tahukan diri, memimpin umat sepenuh hati, amanah dipikul janji diisi rakyat sejahtera tuah berdiri*. Itulah kalau  nakhoda tidaklah paham alamat kapal akan tenggelam

*diambil dari tunjuk ajar "memilih pemimpin" Tenas Effendy