Total Tayangan Halaman

Selasa, 01 November 2011

Ria Bustanudin Staff Bidang Kebijakan Publik Pengurus Daerah KAMMI Riau



Pemuda berkarakter = Pemuda Berdaya saing Tinggi
Ria Bustanudin
Staff Bidang Kebijakan Publik Pengurus Daerah KAMMI Riau

Tidak salah jika pemuda disebut sebagai agen perubahan sekaligus generasi harapan bangsa, ditangan pemuda lah sebuah perubahan tercipta. Secara empiris pemuda adalah seseorang yang   to be more dynamics and successful”. Seseorang yang dinamis, memiliki cita-cita besar untuk bangsa, selalu optimis, Berpikiran untuk masa depan yang cerah. Masa depan ada di tangan pemuda, masa depan yang penuh gejolak, turbulensi global, keraganan, kompleksitas dan perubahan yang cepat. Salah satu hal yang membuat pemuda penting adalah keberadaan mereka mengisyaratkan adanya semangat perubahan. Jiwa mereka masih segar dan baru. Kaum muda cenderung berani mengambil keputusan, tanpa takut akan resiko yang akan dihadapinya. Bahkan terkadang, pengambilan keputusan mereka dianggap gegabah. Hal ini disebabkan karena jiwa mereka yang bergejolak dan menyala-nyala. Pada usia muda, manusia masih memiliki fisik yang segar, otot yang kuat serta semangat dan kecerdasan yang bisa diandalkan untuk memberi perubahan. Akan tetapi pemuda yang bisa mengubah peradaban bukanlah sembarang pemuda. Mereka adalah pemuda-pemuda yang memiliki kualitas diri yang bisa diandalkan.


Gerakan tahun 1998 juga merupakan gerakan yang dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa dimana sebelumnya gerakan-gerakan massiv melawan ketidakadilan di Indonesia juga dimotori oleh pemuda dan mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia di belahan dunia lain nya pemuda juga  mengambil peran besar. Dalam sejarah Islam tercatat ada banyak Sahabat Rasulullah yang masih muda belia namun telah menjadi pimpinan perang pada saat itu. Namun saat ini menilik dari kondisi kekinian Indonesia ketika semangat sebagiannya untuk menjadi pembaharu maka disisi lain tak dapat dinafikan bahwa pemuda Indonesia masih jauh dari ideal. Sebagai Negara berkembang Negara ini masih mengantongi banyak masalah. Salah satunya adalah hilangnya karakter seorang pemuda dalam diri pemuda itu sendiri. Berjuta persoalan yang menghinggapi pemuda mulai dari penggunaan narkoba, krisis identitas, seks bebas, tawuran, kejahatan dan lain-lain. Dan dengan kompleksnya persoalan-persoalan itu terkadang memunculkan sikap pesimistis terhadap pemuda itu sendiri. Padahal pemuda seperti yang saya sebutkan di atas maka tentunya harapan-harapan besar itu ada ditangan pemuda. Namun bagaimana jika kualitas pemudanya jauh dari harapan. Pemudanya kehilangan karakter sebagai pemuda itu sendiri.
seorang pemuda tidak mungkin bermetafosis menjadi tokoh yang besar jika tidak memiliki kualitas individu yang mendukung. Ia tidak akan bisa memberi warna bagi perubahan jika pemuda tersebut hanyalah ”pemuda biasa-biasa saja”. Kualitas yang dimaksud di sini bisa dalam berbagai aspek seperti intelektual, finansial, maupun kemampuan dalam memimpin. Satu hal yang perlu diketahui bahwa ketika seorang pemuda hanya dibekali dengan materi atau pendidikan tetapi tidak memiliki karakter yang siap memberi perubahan, maka semua itu akan sia-sia. Ilmu yang dimiliki akan terpendam dalam dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan sosok pemuda yang siap dari berbagai aspek dimana ia memiliki pengetahuan dan karakter yang bisa mengubah peradaban menjadi lebih baik.
Saya berpikiran jika setiap pemuda mengetahui dan mengenal siapa dirinya maka niscaya persoalan-persoalan terkait pelanggaran  moral tidak akan ada lagi. Namun masalahnya saat ini Indonesia belumlah terlalu serius dalam membentuk dan mengarahkan  karakter pemudanya. Pendidikan yang ada di sekolah-sekolah formal saat ini masih sangat kaku dan hanya berfokus pada kognitif semata. Belum mampu memproduk manusia Indonesia menjadi manusia seutuhnya. Konsep kepemimpinan untuk membentuk karakterk pemuda yang tangguh menjadi wacana yang menarik.  Dalam upaya membangun capasitas personal (personal capacity building) pemuda maka perlu dibangun kepribadian yang memiliku  Pengetahuan Ke-agaman-an, pemuda itu harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keagamaan, dan wawasan sejarah dan wacana keagamaan. Pengetahuan ini harus dimiliki agar pemuda  memiliki sistem berpikir agama dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang sesuai dengan pandangan agama. Kemudian membangun kredibilitas Moral, pemuda itu harus memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistens. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan pengetahuan dan pendidikan serta pengalaman yang dimilikinya. Dan yang paling penting pemuda itu harus memiliki  Wawasan ke-Indonesia-an yang baik, dan dia  memiliki pengetahuan yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga pemuda yang dihasilkan dalam proses selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan komprehensif. Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner. Lalu kemudian pemuda itu harus pakar dan profesionalisme dalam bidang yang digemari atau disukainya pemuda wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan pemuda sebagai referensi yang ikut diperhitungkan publik.
Kepemimpinan,Kompetensi kepemimpinan yang dibangun pemuda adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang lebih luas.. Sosok  pemuda tidak sekedar ahli di wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, dia juga harus memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi perubahan.
Diplomasi dan Jaringan, pemuda adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan pemikirannya atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.
Pentingnya membangun karakter pemuda agar bisa memiliki daya saing yang tinggi inilah yang menjadi titik tolak saya dalam penulisan makalah ini. Karena, walaupun di Indonesia ini banyak pemuda namun jika tidak mempunyai daya saing yang tinggi maka tidak akan dapat dibanggakan sebagai pencetus perubahan bangsa. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemuda yang memiliki karakter-karakter positif yang mampu membawa perubahan di bidangnya masing-masing. Bukan hanya daya saing tinggi, nilai manfaat bagi masyarakat juga dibutuhkan karena dengan memiliki jiwa yang peduli pada masyarakat maka ia tidak hanya sekedar mengejar kesuksesan diri sendiri semata tetapi juga memikirkan sesamanya. (Ria Bustanudin)