Pemuda berkarakter = Pemuda
Berdaya saing Tinggi
Ria Bustanudin
Staff Bidang Kebijakan
Publik Pengurus Daerah KAMMI Riau
Tidak salah
jika pemuda disebut sebagai agen perubahan sekaligus generasi harapan bangsa,
ditangan pemuda lah sebuah perubahan tercipta. Secara
empiris pemuda adalah seseorang yang “to
be more dynamics and successful”. Seseorang yang dinamis, memiliki
cita-cita besar untuk bangsa, selalu optimis, Berpikiran untuk masa depan yang
cerah. Masa depan ada di tangan pemuda, masa depan yang penuh gejolak,
turbulensi global, keraganan, kompleksitas dan perubahan yang cepat. Salah satu
hal yang membuat pemuda penting adalah keberadaan mereka mengisyaratkan adanya
semangat perubahan. Jiwa mereka masih segar dan baru. Kaum muda cenderung berani
mengambil keputusan, tanpa takut akan resiko yang akan dihadapinya. Bahkan
terkadang, pengambilan keputusan mereka dianggap gegabah. Hal ini disebabkan
karena jiwa mereka yang bergejolak dan menyala-nyala. Pada usia muda, manusia
masih memiliki fisik yang segar, otot yang kuat serta semangat dan kecerdasan
yang bisa diandalkan untuk memberi perubahan. Akan tetapi pemuda yang bisa
mengubah peradaban bukanlah sembarang pemuda. Mereka adalah pemuda-pemuda yang
memiliki kualitas diri yang bisa diandalkan.
Gerakan tahun 1998 juga
merupakan gerakan yang dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa dimana sebelumnya
gerakan-gerakan massiv melawan ketidakadilan di Indonesia juga dimotori oleh pemuda
dan mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia di belahan dunia lain nya pemuda juga mengambil peran besar. Dalam sejarah Islam
tercatat ada banyak Sahabat Rasulullah yang masih muda belia namun telah
menjadi pimpinan perang pada saat itu. Namun saat ini menilik dari kondisi
kekinian Indonesia ketika semangat sebagiannya untuk menjadi pembaharu maka
disisi lain tak dapat dinafikan bahwa pemuda Indonesia masih jauh dari ideal.
Sebagai Negara berkembang Negara ini masih mengantongi banyak masalah. Salah
satunya adalah hilangnya karakter seorang pemuda dalam diri pemuda itu sendiri.
Berjuta persoalan yang menghinggapi pemuda mulai dari penggunaan narkoba,
krisis identitas, seks bebas, tawuran, kejahatan dan lain-lain. Dan dengan
kompleksnya persoalan-persoalan itu terkadang memunculkan sikap pesimistis
terhadap pemuda itu sendiri. Padahal pemuda seperti yang saya sebutkan di atas
maka tentunya harapan-harapan besar itu ada ditangan pemuda. Namun bagaimana
jika kualitas pemudanya jauh dari harapan. Pemudanya kehilangan karakter
sebagai pemuda itu sendiri.
seorang
pemuda tidak mungkin bermetafosis menjadi tokoh yang besar jika tidak memiliki
kualitas individu yang mendukung. Ia tidak akan bisa memberi warna bagi
perubahan jika pemuda tersebut hanyalah ”pemuda biasa-biasa saja”. Kualitas
yang dimaksud di sini bisa dalam berbagai aspek seperti intelektual, finansial,
maupun kemampuan dalam memimpin. Satu hal yang perlu diketahui bahwa ketika
seorang pemuda hanya dibekali dengan materi atau pendidikan tetapi tidak
memiliki karakter yang siap memberi perubahan, maka semua itu akan sia-sia. Ilmu
yang dimiliki akan terpendam dalam dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan sosok
pemuda yang siap dari berbagai aspek dimana ia memiliki pengetahuan dan
karakter yang bisa mengubah peradaban menjadi lebih baik.
Saya
berpikiran jika setiap pemuda mengetahui dan mengenal siapa dirinya maka
niscaya persoalan-persoalan terkait pelanggaran
moral tidak akan ada lagi. Namun masalahnya saat ini Indonesia belumlah
terlalu serius dalam membentuk dan mengarahkan karakter pemudanya. Pendidikan yang ada di
sekolah-sekolah formal saat ini masih sangat kaku dan hanya berfokus pada
kognitif semata. Belum mampu memproduk manusia Indonesia menjadi manusia
seutuhnya. Konsep kepemimpinan untuk membentuk karakterk pemuda yang tangguh
menjadi wacana yang menarik. Dalam upaya membangun capasitas personal
(personal capacity building) pemuda maka
perlu dibangun kepribadian yang memiliku
Pengetahuan Ke-agaman-an, pemuda itu harus memiliki ilmu pengetahuan
dasar keagamaan, dan wawasan sejarah dan wacana keagamaan. Pengetahuan ini
harus dimiliki agar pemuda memiliki
sistem berpikir agama dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara
pandang sesuai dengan pandangan agama. Kemudian membangun kredibilitas Moral,
pemuda itu harus memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan
konsistens. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif
dengan pengetahuan dan pendidikan serta pengalaman yang dimilikinya. Dan yang
paling penting pemuda itu harus memiliki
Wawasan ke-Indonesia-an yang baik, dan dia memiliki pengetahuan yang berkorelasi kuat
dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga pemuda yang dihasilkan
dalam proses selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu
memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian
dapat memberikan solusi praktis dan komprehensif. Wawasan ke-Indonesia-an yang
dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan
publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner. Lalu kemudian
pemuda itu harus pakar dan profesionalisme dalam bidang yang digemari atau
disukainya pemuda wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki
keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa.
Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan pemuda
sebagai referensi yang ikut diperhitungkan publik.
Kepemimpinan,Kompetensi kepemimpinan yang
dibangun pemuda adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang lebih
luas.. Sosok pemuda tidak sekedar ahli
di wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang
mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, dia
juga harus memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan
terjadi akselerasi perubahan.
Diplomasi dan Jaringan, pemuda adalah mereka
yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu
ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan
pemikirannya atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai
lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini
adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.
Pentingnya membangun karakter pemuda agar
bisa memiliki daya saing yang tinggi inilah yang menjadi titik tolak saya dalam
penulisan makalah ini. Karena, walaupun di Indonesia ini banyak pemuda namun
jika tidak mempunyai daya saing yang tinggi maka tidak akan dapat dibanggakan
sebagai pencetus perubahan bangsa. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemuda yang
memiliki karakter-karakter positif yang mampu membawa perubahan di bidangnya
masing-masing. Bukan hanya daya saing tinggi, nilai manfaat bagi masyarakat
juga dibutuhkan karena dengan memiliki jiwa yang peduli pada masyarakat maka ia
tidak hanya sekedar mengejar kesuksesan diri sendiri semata tetapi juga
memikirkan sesamanya. (Ria Bustanudin)