Kisah
Tiga Sahabat Mulia
Umar bin
Khattab, Khalid bin Walid dan Abu Dzar al-Gifari. Tiga sahabat Rasulullah yang
amat masyhur kemuliaannya, semoga Allah merahmati beliau. Mereka merupakan
simbol perlawanan, simbol perjuangan.
Umar bin
Khattab adalah mantan jagoan Mekkah. Saat seluruh kaum muslimin berhijrah ke
Madinah dengan sembunyi-sembunyi, justru Umar memproklamirkan hijrahnya.
“…Barangsiapa ingin diratapi ibunya, ingin anaknya jadi yatim atau istrinya
jadi janda; temui aku di balik lembah itu!!!”, teriaknya lantang di tengah
musyrikin Quraisy di Ka’bah.
Khalid
bin Walid adalah legenda perang dunia. Mantan aktor utama kekalahan Rasulullah
dalam perang Uhud itu menjadi panglima paling brilyan dalam naungan Islam.
Dialah Syaifullah yang menyelamatkan ribuan jiwa sahabat dalam perang Muktah.
Dialah yang mengusir Heraklius sang jendral besar Romawi dari Syam. Heraklius
sendiri amat meratapi kekalahannya dari singa gurun pasir itu. Dia pulalah yang
meluluh lantakkan Musailamah al-Kadzdzab si nabi palsu yang sudah banyak
membunuh sahabat Rasulullah.
Abu Dzar
al-Gifari dari suku Gifar, suku yang tiada taranya dalam menempuh perjalanan
padang pasir. Mereka menjadi tamsil perbandingan dalam perjalanan yang luar
biasa, baik malam atau pun siang hari tidak masalah bagi mereka. Dan celakalah
orang yang kesasar bertemu suku Gifar di malam hari!!!. Abu Dzar mewarisi sifat
keras dan militansi sukunya. Saat baru masuk Islam, beliau dengan lantang
mengucapkan syahadat di depan Ka’bah. Teriakan pertama tentang Islam
diproklamirkan untuk menentang kesombongan Quraisy, justru dilakukan oleh
perantau asing yang tidak punya kerabat atau pembela. Tak ayal, Abu Dzar habis
dihajar masyarakat Quraisy. Baru pulih sedikit dari lukanya, Abu Dzar ingin
bergegas melakukan provokasi itu sekali lagi. Untunglah segera dicegah para
sahabat.
Ketiga
sahabat militan itu memiliki “garis hidup” yang berbeda pasca kejayaan Islam.
Umar sang jagoan berubah menjadi laki-laki lembut yang mudah menangis saat
memegang tampuk khilafah. Kekuatan dan kecerdasannya membuatnya sukses memperluas
dan mengelola wilayah Islam yang amat besar. Membentang dari perbatasan
Hindustan hingga sungai Nil, dari Hadramaut hingga Armenia.
Khalid
sang panglima seakan ditakdirkan hanya sebagai prajurit sejati. Namun gagal
saat melakoni peran barunya sebagai Gubernur penaklukan Armenia. Beliau memilih
memberikan harta kepada para pembesar untuk memperkuat fondasi pemerintahan
dari pada kepada rakyat banyak. Hal ini amat membuat berang khalifah Umar bin
Khattab. Beliau mencopot panglima besar itu dan mengirimnya balik ke Madinah.
Abu Dzar
al-Gifari sang radikal revolusioner justru tidak diberi kesempatan menjadi
pemimpin. Saat hampir seluruh sahabat terbaik Rasulullah memegang berbagai
amanah publik dan strategis, Rasulullah menetapkan Abu Dzar tetap seperti sedia
kala. Namun justru dari sinilah, Abu Dzar melakukan peran otokritik yang amat
efektif. Sepeninggal khalifah Umar, hampir semua pejabat berlomba memperkaya
diri. Disinilah Abu Dzar muncul, beliau berjalan dari satu negeri ke negeri
yang lain mengontrol perilaku penguasa dan mengajak mereka kembali hidup
sederhana.
Sekarang
tantangan zaman terus berkembang. Dan perubahan memang menjadi watak dunia ini.
Hanya satu hal terus konsisten, yaitu perubahan itu sendiri.
Maka,
kenalilah perubahan dan berbagai tantangannya. Jangan lagi terjebak pada
romantisme masa lalu. Para sahabat tidak berlama-lama mengenang sulitnya hidup
di Mekkah, atau susahnya perjalanan hijrah. Bagaimana menjayakan Islam
diseluruh penjuru dunia. Bagaimana mengelola pemerintahan dan masyarakat yang
kian luas dan majemuk. Itulah yang menjadi perhatian besar mereka. Semua
tantangan itu sudah cukup membuat mereka sibuk hingga tidak ada waktu untuk
berselisih dan berpecah-belah.
Tidak
ada waktu untuk melakukan berbagai hal yang justru memberatkan langkah derap
perjuangan ini. Sebagaimana ucapan Rasulullah bagi orang-orang tertinggal dalam
perang Tabuk :
“Biarkanlah!
Andaikan ia berguna, tentu akan Allah susulkan untuk kalian. Dan andaikan
tidak, maka Allah telah membebaskan kalian dari padanya”.
Sahabatku
yang baik, semoga Allah memberikan keistiqomahan kepada anda, dan bagi yang
belum tergabung dengan kafilah perubahan…Bergabunglah.
Wallahu
a’lam.
(Disunting
dari majalah Al-Izzah)