Dari sini kami belajar
net |
Hampir kurang dari 5 tahun KAMMI berperan
dalam membangun karakter dan cara berpikir saya. Pada tujuan dan cara KAMMI
telah masuk dalam diri saya, dakwah bersama KAMMI saya rasakan sebagai sebuah
moment-moment indah yang penuh dinamika. Bagaimana KAMMI membekali seseoang
menjadi berkualitas dalam segala hal, pada Tsaqofah keislaman, pada
intelektualismenya.
KAMMI mampu membangun sebuah konsep
pembentukan seseorang menjadi Pemimpin Tangguh yang “Keras”, militansi dan loyalitas tinggi.
Pada gerakan mahasiswa yang lahir 13
tahun yang lalu ini semua telah dijawab olehnya. KAMMI memilki arah yang jelas kemana dia akan
bermuara, semuanya termaktub dalam visi dan misi yang bagi anak KAMMI semua itu
telah dihapal diluar kepala dan tertanam
dalam jiwa dan pikirannya. Ash Shaff ayat 4 mengatakan bahwa Allah mencintai
orang – orang yang berbaris rapi maka KAMMI telah merealisasikan dalam ruh dan
geraknya, bahwa KAMMI merupakan salah satu
Organisasi rapi yang terkondisikan dalam setiap ruang dan waktu. Mungkin
akan terasa sangat berlebihan, namun begitulah bahwa kecintaan kami kepada
KAMMI seperti memakan buah durian yang tidak akan bisa diketahui rasanya jika
kita tidak mencicipinya terlebih dahulu, ketika telah merasakannya, tak
henti-henti ingin terus mencicipi. Begitulah KAMMI mengajarkan kami, entahlah
saya pun tidak mengerti bagaimana KAMMI membentuk karakater ini.
KAMMI kerap melempar saya ke berbagai kejadian dan situasi yang ketika itu saya pun tidak tahu harus
melakukan apa. Pertama kali KAMMI telah melempar saya ke satu wajihah ammah di
FKIP atas rekomendasi, berbicara BEM
saat itu komposisi struktur pengurus terdiri dari anak KAMMI, disana dinamika
dan perbedaan menjadi biasa, diskusi alot di rapat kegiatan atau evaluasi penuh
dinamika dan full energi, saat itu sebagai kader KAMMI yang tengah “dinas”
diluar (saya menyebutnya dengan kami) perbedaan mengenai cara dan tekhnis itu
hal yang biasa tetapi kami akan tetap satu suara jika sudah menyinggung masalah
prinsip. Ketika itu formasi kader KAMMI di FKIP yang semuanya rata-rata “nakal” dan “keras” terutama Kak Windy yg
saat itu duduk di Departemen Kebijakan
Publik, banyak mendapat tedensi bahkan pernah beberapa kali adu fisik antara
ikhwah dengan gerakan mahasiswa lain di FKIP dan bahkan dengan Pembantu Dekan III FKIP, saat itu kader KAMMI pasang badan
membela di FKIP , ikhwah Tekhnik di BEM, Ikhwah Fekon di BEM, KP KAMMI, BPH
KAMMI, semuanya bersuara, mengatur strategi, bahkan ana teringat ketika itu
beberapa ikhwah pernah datang kepada Pembantu Dekan III FKIP tersebut bukan untuk memelas meminta maaf tetapi ingin
menegaskan kepada beliau akan fungsi yang telah dilanggar dan sikap otoriter
nya padahal gerakan mahasiswa tidak bisa diintervensi oleh siapapun bahkan
dibubarkan oleh siapapun kecuali oleh
mahasiswa itu sendiri, saya masih ingat juga ketika anak KAMMI di BEM turun ke
jalanan kampus dalam rangka aksi menyambut bulan Ramadhan, atau ketika anak
KAMMI di BEM mengadakan aksi sosial
untuk anak Jalanan
bersama
Rektor di bulan puasa saat itu, pergi aksi dengan menumpang bis kota menjadi
hal yang tak lagi dianggap memalukan bagi mereka karena di sini tidak ada yang anti
dengan aksi karena mereka tidak pragmatis memandang aksi walaupun kritikan
kerap hadir dari orang-orang didekat mereka, terakhir mereka membuat saya
terkesan dengan semangat mereka merayakan HUT Milad KAMMI ke 13 beberapa waktu
lalu, pengurus, AB 2 dan AB 1 , Alumni DM 1 yang baru beberapa bulan lalu
bergabung mampu menyihir hati saya meninggalkan kesan dan menambah keyakinan
saya akan tetap bermekarannya
bunga-bunga Haroki indah di AL-Adiyat ini melaui tangan-tangan
kekar yang akan mengenggam dunia , begitulah kader KAMMI keras dan tegas. Dan
ini yang kadang tidak bisa diterima semua orang, tapi saya yakin keras dan
tegas nya kader KAMMI adalah keras dan tegas nya Abu Bakar atau kerasnya
Abdullah bin Mas’ud . Ketika saya ada di Aklamasi identitas sebagai anak KAMMI
turut menyertai sepanjang keberadaan saya disana, entahlah entah kenapa saya lebih senang
menyertai diri saya sebagai anak KAMMI walaupun saya masih jauh dari harapan.
Beberapa kali tulisan saya tidak diterbitkan di Aklamasi karena menganggap
tulisan tersebut terlalu ke “KAMMI”, entahlah.. saya pun tidak tahu. Beberapa
liputan saya dan beberapa akhwat KAMMI
di sana terkait persolan Bang Heriyanto Irsan, dan Ikhwah kita yang
memperjuangan BEM UIR saat itu di tahun 2008 hingga 2009 lalu yang terlalu di pojokkan karena kinerjanya di
BEM UIR pun kerap memicu panas di ruang redaksi bahkan beritanya tidak jadi
diangkat saat itu, hingga tahun 2010
saya memilih resign dari sana itulah
pilihan saya terkadang hati saya
sakit melihat ikhwah kita yang terlalu
dilecehkan.
Berada di komisariat selama dari tahun 2007 hingga sekarang 2011 memberi
warna indah dalam setiap jengkal cerita
mulai dari ketidaksengajaan mengikuti DM, ketidaklulusan mengikuti DM II di tahun 2008,
syuro bersama di dept kebijakan Publik yang full ghiroh, mengikuti DM II di
tahun 2009 bersama Akh dan Ukh dari UIR, mengikuti Tasqib KAMMI,
mengikuti aksi yang luar biasa, berorasi, penggalangan dana, merupakan
untaian-untaian terindah yang pernah saya lalui bersama mereka. Aksi-aksi bersama mereka di komisariat inilah yang telah
mengajari saya banyak hal, bersama mereka pula saya mendapat banyak “kejutan”,
masuk KAMMI tidak suka membaca buku jadi hal yang memalukan, buku-buku gerakan
santapan mereka, bukan novel apalagi mangga, lagunya pun lagu Haroki juga lagu
perjuangan Mahasiswa tidak musik cengeng, orasi dijalan tidak canggung, menjadi
moderator oke-oke saja, diundang jadi pembicara oke juga walau laptop tak akan
lepas dihadapannya, dikasih binaan gak masalah malah kerap binaan diajak aksi,
anak KAMMI juga bukan mereka yang kerap “mengancam keluar dari dakwah ini”
hanya karena kecewa, bukan mereka yang kerjaannya melirik ikhwan atau
akhwat, tidak pernah memilki fikiran
untuk cuti, membaca rutinitasnya , menulis senjatanya, orasi hobbnya, meluruskan niat menjadi hal utama.
Dauroh
marhalah II di tahun 2009 lalu pun semakin membuat saya yakin untuk terus ada
di sini. Disana kami ditempa untuk jadi seseorang yang berguna, berbicara
dengan referensi dan data, bagaimana
kami
mampu merealisasika kredo gerakan ini, membentuk kami untuk menjadi penggerak
dakwahnya Rasulullah. Itulah inti dari
gerakan ini bagaimana eastafet da’wah tidak stagnan di tengah jalan.
Seorang ikhwah di salah satu buku pernah
mengeluarkan stantment yang saya tidak terlalu sepakati tapi cukup menggelitik
hati saya beliau mengatakan kebanyakan kader-kader disini adalah kader “yang
tak terpakai” dari dakwah kampus, bahkan
anak KAMMI terkadang sering memaksakan akhwat-akhwatnya untuk berdiskusi
tentang feminisme, demokrasi, atau globalisasi, pergi seminar ini seminar itu, Hearing ini Hearing itu, bahkan kerap memaksa
akhwat nya dengan “tega” untuk orasi di jalan, namun Alhamdulillah bagi akhwat
KAMMI itu bukan masalah bahkan di rapat pekanan bisa menjadi 6 sks sibuk
membahas pemikiran, mengolah sistem, “mengkonsep” dakwah, mengkritisi
kebijakan, memunculkan ide-ide besar dan “gila”
untuk membangun bangsa dan negara ini.. tapi yakinlah di syuro
tersebut teriakan takbir tetap menyertai
syuro yang senantiasa dirindukan pengurusnys. Begitulah mereka di setiap ujung hari di markas juang
ruang kecil di sudut kota ini teriakan
keras yang membangkitkan semangat menuju kebangkitan dakwah tetap bergema
hingga masuk kerelung terdalam, mereka yang bisa anda temui di sekre-sekre BEM kampus, juga di rapat –rapat KPRM, tengah
aksi di dijalan, bahkan terkadang mereka
terlibat adu argumen dengan teman-teman wajihah lain, atau tengah istirahat di
sebuah mesjid di tengah keramaian pasar ditemani gerobak pedagang buah hanya untuk
sekedar melepas lelah namun semangat tetap membara bahkan kadang antum bisa menemui mereka di
sudut- sudut jalan yang entah apa tengah mereka kerjakan, begitulah anak KAMMI
terkadang keanehan mereka tak mampu dipahami semuanya.
Itulah kenapa saya mencintai KAMMI sebagai
jalan juang.. karena KAMMI itu aneh tapi
selalu kami rindukan.. untuk semua BPH
KAMMI sebuah romantika yang telah berlalu, dan kita akan terus berjalan karena
jalan ini masih panjang, kerinduan akan syuro di pagi harinya, kerinduan untuk
saling mengingatkan..syurga itu telah terbayang di mata kita semua, ana ingin
berjumpa antum di Firdaus itu.. bertemu lagi..bercengkarama, ketika keletihan itu mengikuti maka biarkan
pertemuan di sana menjadi peluruhnya.. ana rindu antum (Ria Bustanudin/KO
Akhwat Humas)
Dari KAMMI
untuk Indonesia
Indonesia Butuh KAMMI