Total Tayangan Halaman

Rabu, 09 November 2011

Memperingati Hari Pahlawan di Riau negeriku


Memperingati Hari Pahlawan di Riau Negeriku 

Peringatan 10 November setiap tahunnya terasa sama saja, bagi sebagian besar perayaan 10 November hanya diperingati sebagai Hari dimana kita mengenang jasa para pahlawan kita. Setakat itu kah?? Iya. Karena hanya itu yang  dapat kumaknai selama ini semenjak  duduk di bangku sekolah. Namun kini ketika Bangku perkuliahan memperkenalkan arti dan tentang hidup, maka aku  seperti ditampar supaya  dapat memahami lebih jauh akan arti pahlawan dan makna tanggal 10 November.
Aku bahkan tidak hapal  semua nama-nama pahlawan di Indonesia, yah..paling banter yang bisa diingat adalah Pangeran Dipenogoro dengan Sorbannya atau Bung Tomo atau  R.A Ajeng Kartini. Dan nama beberapa orang. Yah.. paling-paling yang  ku tahu dari semua pahlawan-pahlawan itu adalah perjuangan mereka membela Indonesia. Lagi-lagi hanya setakat itu. Maka setelah itu jangan kalian tanya apa-apa lagi. Karena pasti ku tidak bisa menjawab apa-apa pun lagi. Maka sudahlah..jangan kita perdebatkan lagi tentang pahlawan-pahlawan yang telah mendahului kita. Tetap saja besok kita akan memperingati Hari Pahlawan  toh tidak akan berubah.
Sekarang kita kembali kemasa kini, masa dimana kita tengah mencari pahlawan, sesseorang yang akan membawa Riau ini ke pada sebuah perubahan. Perubahan Besar, dimana tidak ada lagi yang kelaparan, tidak ada lagi yang tidak bersekolah, tidak ada lagi kesenjangan sosial dan sekian ribu tidak ada lagi.
Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Anis matta dalam sebuah artikelnya “Jangan pernah berpikir untuk menjadi pahlawan, tanpa melakukan pekerjaan-pekerjaan para pahlawan” lalu apa sebenarnya pekerjaan pahlawan itu??? Pertanyaan yang jika anda bisa jawab maka segera beri tahu saya saat ini juga. Apakah pekerjaan mereka adalah seperti yang ditulis Anis Matta yang dikutipnya dari seorang Mansur Samin :
Demi amanat dan beban rakyat
 Kami nyatakan keseluruh dunia
 Telah bangkit ditanah air
 Sebuah aksi kepahlawanan
 Terhadap kepalsuan dan kebohongan
 Yang bersarang dalam kekuasaan
 Orang-orang pemimpin gadungan

Apakah ini??? Bisa jadi iya. Jika iya maka jangan katakan Pemimpin saat ini adalah pahlawan, tak perlu lah lagi kita elu-elukan mereka lagi, tak perlu lah lagi kita memberi  uang  untuk makan mereka, dan tak perlu lagi kita berhenti, menepi ketika mereka melewati jalanan untuk menjalankan tugas kenegaraan. Maka lepaskan saja baliho besar mereka , koyakkan saja teman karena mereka bukan Pahlawan. Karena  kerja mereka bukanlah mengerjakan pekerjaan pahlawan. Toh dulu pun Bung Tomo tidak pernah memasang baliho dimana-mana untuk diangkat menjadi pahlawan. Tak perlu pasang senyum lebar  agar  dianggap baik. Itu menjijikan.. karena kerja mereka hanya menebang ribuan hektar Pohon di Hutan Kita, membiarkan Induk Gajah dan anak-anaknya mati terkapar, kerja mereka hanya duduk didalam kantor mereka yang sejuk, kerja mereka hanya melakukan kerja-kerja kecil yang tak ada gunanya seperti FFI, PON,ISG  Konser Musik, Perayaan Tahun baru, Makan-makan. Mengambil uang dari proyek-proyek yang tidak sedikit pun tidak menyentuh kepentingan rakyat, menyeruput habis APBD/APBN untuk memberi jajan anak-anak mereka. Lihatlah kawan mereka semakin kaya saja, Istri-Istri mereka pun makin pongah, anak-anak mereka pun tak akan jauh beda. Hanya bisa pamer kekayaan orang tua. 
 Riau  di Provinsi ini tak dapat ku temui Pemimpin yang bisa dibanggakan sebagai pahlawan, mereka hanya kerumunan orang-orang rakus yang ingin harta, jabatan dan wanita. Otak mereka telah dipenuhi dengan seks sehingga sel otak telah mati dibuatnya. Sehingga apapun dilakukan untuk kepuasan sendiri. Pemimpin ku telah buta, dibutakan oleh dunia. Pekerjaan nya tak lagi melakukan kerja-kerja yang bisa aku banggakan kelak, bahkan aku ingin segera menyepaknya keluar dari tempat kerjanya. Berlama-lama di sana akan membuat hatinya beku tak dapat lagi merasa.
Bagiku Pahlawan itu adalah Ibu Tukang Parkir di Jalanan Kota yang sering aku temui
Bagiku Pahlawan itu adalah Guru ngaji dengan Peci usang di Pinggiran kampong yang setia mendidik
Bagiku Pahlawan itu adalah si Pengamen yang tetap Punya harga diri dengan tidak mengambil hak orang lain pantang Korupsi apalagi Nepotisme
Bagiku Pahlwan itu adalah mereka yang berjuang Benar-Benar untuk Negeri ini, Jujur untuk Rakyat, mereka yang tak mengkhianati Indonesia
Sekali lagi aku mengutip apa yang ditulis oleh Anis Matta “ Ditengah badai ini kita merindukan pahlawan itu. Pahlawan yang, kata Sapardi, "Telah berjanji kepada sejarah untuk pantang menerah". Pahlawan yang, kata Chairil Anwar, "berselempang semangat yang tak bisa mati".

Jumat, 04 November 2011

TOLAK EKSPLOITASI WANITA OLEH PERUSAHAAN



Perempuan “Tereksploitasi
By Ria Bustanudin

            Berbicara masalah ekonomi dari jaman dahulu hingga kini di Indonesia umumnya dan beberapa daerah khususnya  perempuan dijadikan tulang punggung ekonomi keluarga, dipulau Jawa perempuan bersama-sama dengan pria turun ke sawah, di perkampungan-perkampungan para perempuannya turut menggembalakan ternak miliknya atau milik orang lain dimana dengannya  dia mendapat upah, bahkan di pasar-pasar tradisional wanita mendominasi sekira 80% hingga 90% persen, dan juga pekerja wanita (Pramuniaga) di mal-mal yang berkisar antara 70% hingga 80% wanita. Dalam dunia kerja perempuan memegang peranan sangat signifikan detik finance mencatat bahwa di tahun 2007 Jumlah perempuan yang bekerja jumlahnya semakin banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat signifikan. Selama Agustus 2006 hingga Agustus 2007 jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang penyebab terjadinya peningkatan jumlah pekerja perempuan adalah adanya unsur keterpaksaaan yang harus dijalani kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Peningkatan jumlah pekerja perempuan sebagian berasal dari perempuan yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga (bukan angkatan kerja). Di sisi lain peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan terjadi di sektor informal yang memberikan adanya indikasi kemudahan keluar masuk pasar tenaga kerja. Sementara itu pertambahan jumlah pekerja laki-laki hanya sebesar 1,1 juta orang. Jumlah pekerja laki-laki itu terserap di sektor jasa dan konstruksi. Peluang ini berpotensi menjadikan pekerja -  pekerja perempuan  menjadi korban eksploitasi terbesar dalam sistem neoliberalisme.             Eksploitasi  terhadap perempuan tidak lagi berkisar antara kekeresan fisik atau pelecehan seksual yang lazim terjadi atau penindasan terhadap perempuan sifatnya bukan hanya yang dapat terlihat oleh mata seperti, upah buruh perempuan yang rendah, atau pendidikan dan kesehatan yang terlalaikan oleh negara, namun lebih dari itu aksi-aksi penindasan terhadap perempuan justru lebih menyentuh ke kesadaran mereka. Jika dulu ketika R.A Kartini memperjuangkan pendidikan yang setara antara  wanita dan pria di zaman penjajahan dengan membela kepentingan wanita yang tertindas maka kini wanita kembli ditindas oleh kebengisan zaman dimana wanita ditindas oleh pemilik modal yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya menjadi. Pemilik  modal berlomba-lomba mengeksploitasi perempuan. 
            . Belum lagi Iklan-iklan di media cetak dan elektronik pun sebagian besar menjadikan perempuan sebagai modelnya. Salah satu contoh Saat ini pramuniaga-pramuniaga yang bekerja di mal-mal khususnya di kota pekanbaru menjadi objek eksploitasi terbesar termasuk juga iklan-iklan yang memajang perempuan sebagai modelnya.             Disadari betul oleh pemilik modal ketika era pasar bebas masuk kaum penumpuk modal itu bukan hanya mengembangkan pembuatan produk, tetapi juga mengontrol kesadaran massa tentang tubuh melalui pencitraan tubuh ideal lewat berbagai media, dan antara lain via propaganda iklan. Dan itu dicitrakan melalui perempuan. Perempuan yang berkerja di hotel dan mal-mal di kota pekanbaru saat ini 70% nya menjadi objek eksploitasi. Ditambah lagi RUU tenagakerjaan yang mengatur khusus untuk perempuan belum terlalu jelas dan belum memberi perlindungan aman bagi pekerja terutama pekerja wanita  . Tuntunan ekonomi yang menjadi penyebab  perempuan-perempuan muda lulusan SMA/SMK ini harus  untuk menjadi tulang punggung keluarga.  Banyaknya Mal, Hotel dan Bank (khusunya Bank Konvensioanal) yang saat ini berkembang pesat di Pekanbaru menjdikan lapangan kerja untuk perempuan terbuka  lebar. Pramunia-pramuniaga atau yang biasa disebut sales promo girl tersebut memaksanya memakai pakaian yang membuka aurat,  rok diatas lutut, belum lagi kewajiban memakai high heels yang jelas-jelas tidak membuat nyaman dan bisa merusak kesehatan jika digunakan terus menerus, jam kerja yang sama antara wanita dan pria. Ditambah lagi upah minimun saja belum mampu memenuhi kebutuhan si perempuan tersebut ditambah lagi dengan jam kerja yang kadang tidak sesuai. Para perempuan yang bekerja di bandara juga tak lepas dari eksploitasi kapitalis, bandara sebagai gerbang masuk nya wisatawan atau tamu dari luar kota dimana image kota yang seharusnya menjadi pencitraan sebagai kota melayu ketike menginjakkan kaki disana kekhasaan dari Pekanbaru tercermin justru tidak terlihat  ketika perempuan –perempuan penjual makanan atau souvenir khas yang ada disana terlihat sama saja dengan  pekerja-pekerja perempuan di kota-kota lain di Indonesia. Ciri sebagai kota melayu pun tak terlihat . apatah lagi jika kita melihat di Mal-mal atau hotel pekerja wanitanya wajib memakai rok mini diatas lutut sedangkan pekerja pria memakai pakaian tertutup rapi. Ironis namun  bisa jadi bukan karena keinginan mereka tapi tuntutan pekerjaan. Ulfah Nurhidayah dalam blog nya yang berjudul Wajah perempuan di Dunia iklan mengatakan bahwa  Manusia saat ini tengah memperalat dan mengeksploitasi satu sama lain. Dalam hal ini hidup sedang disangkal, karena kerja yang seharusnya menjadi ekspresi dan kreatifitas kemakhlukan, menjadi kerja yang terpaksa, untuk mendapatkan upah, untuk sekedar dapat bertahan hidup.” Bisa jadi saat ini pekerja wanita di Riau ini tidak lagi dipekerjakan secara manusiawi tapi lebih kepada keterpakasaan untuk sebuah tuntutan ekonomi keluarga. Pemilik modal tidak lagi peduli dengan etika dan nilai.
            Sekarang ini citra perempuan yang lebih banyak dipengaruhi oleh pencitraan iklan menjadikan perempuan sebagai penarik konsumen ketimbang menaikkan kualitas produk sekarang ini citra perempuan yang dianggap baik adalah yang terlihat cantik, seksi, disukai banyak lelaki, memiliki sifat konsumtif, dan lain-lain. Nilai-nilai yang sejatinya harus ditanamkan tidak terlihat sedikitpun. Hal tersebut akan berimplikasi pula pada kultur perempuan Indonesia itu sendiri. Bertolak dari stereotip yang dipaksakan oleh media, secara perlahan dan tidak disadari kultur perempuan Indonesia akan bergeser ke arah stereotip itu. Nilai-nilai ketimuran yang menjunjung tinggi nurani yang dimiliki perempuan indonesia, perlahan-lahan tergantikan oleh budaya materialistik. Stereotip ini akan menyeret orang memandang dari segi kecantikan lahiriah saja. Tentunya hal ini sangat memiriskan hati.  Pekerja perempuan tidak lagi terlindungi  hak-hak dan kewajibannya. Belum lagi kepedulian perusahaan terhadap hak kesehatan pekerja wanitanya. Hak cuti haid dan melahirkan telah diatur dalam UU ketenakarjaan namun sering diabaikan oleh perusahaan.
  Padahal seperti ditegaskan diatas jumlah pekerja perempuan baik di sektor formal maupun informal sangat besar, yaitu sebanyak 39,95 juta jiwa, dengan 25 juta di antaranya berada dalam usia reproduksi 15-45 tahun. Kelompok usia reproduksi itu dinilai membutuhkan perhatian khusus sesuai kodratnya dan sudah dijamin dalam Undang-Undang (UU) Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dan ini kiranya menjadi PR besar bagi pemerintah daerah dan pusat. UU ketenagakerjaan masih sangat lemah untuk melindungi hak buruh dan pekerja terutama disini perempuan. Pemerintah harus tanggap dalam memprioritaskan kebijakan-kebijakan yang membela kaum perempuan. Dan  tidak muluk-muluk juga jika kita berharap agar tidak lagi ada pengeksploitasian perempuan baik dalam tampilan iklan cetak/elektronik atau  pekerja perempuan yang dipaksakan memmenuhi keinginan perusahaan atau apapun bentuk penindasan yang berada dalam lingkaran liberal – kapitalistik dengan cara mengkontrol ketamakan pasar dan mengembalikan keadilan ekonomi di tangan rakyat. 
            Dan yang terpenting dari itu semua itu hharus dikembalikan kepada perempuan itu tersebut. Negara bertanggung jawab mengembalikan kepentingan dan hak-hak terhadap perempuan jika Iran mampu membuat kebijakan dengan membuat beberapa kebijakan yang memihak wanita diantaranya jam kerja perempuan lebih singkat ketimbang laki-laki dan menekankan  perempuan prioritas utamanya adalah keluarga. Maka Tidak heran jika Ahmadinejad sangat didukung oleh kaum wanita disana karena kebijakan yang berpihak pada perempuan. Perempuan dibalik kelemahan dan kekuatannya memliki peran masing-masing . Jika negara masih menjadikan perempuan sebagai objek  maka perempuan selamnya akan dieksploitasi. Isu gender yang diusung oleh aktivis gender malah terlihat tidak membela kepentingan perempuan tersebut ataupun bahkan di beberapa daerah yang pemimpin daerah nya seorang wanita saja hak-hak terhadap perempuan masih sering terabaikan bahkan kekerasan terhadap perempuan terus saja meningkat bahkan sampai sekarang perempuan masih dipekerjakan ditempat-tempat umum yang rentan pelecehan.  
            Sesungguhnya Tidak ada yang meragukan kekuatan seseorang wanita namun alangkah lebih indah dan terhormat  jika perempuan indonesia kembali menjadi perempuan yang memiliki nilai berdasarkan norma dan aturan agama  Dari zaman penjajahan wanita telah turut berjuang membela negara ketika suaminya gugur sang wanita menggantikan peran suamniya bukankah dalam Al-Quran Islam telah menggambarkan bahwa wanita adalah tiang agama jika perempuannya baik maka baiklah negara itu jika perempuan rusak maka rusak lah negara tersebut. Maka jangan rusak perempuan indonesia untuk mendapat keuntungan semata dan kembalikan wanita dalam kondratnya sebagai tiang negara
 TOLAK EKSPLOITASI WANITA OLEH PERUSAHAAN


Selasa, 01 November 2011

Ria Bustanudin Staff Bidang Kebijakan Publik Pengurus Daerah KAMMI Riau



Pemuda berkarakter = Pemuda Berdaya saing Tinggi
Ria Bustanudin
Staff Bidang Kebijakan Publik Pengurus Daerah KAMMI Riau

Tidak salah jika pemuda disebut sebagai agen perubahan sekaligus generasi harapan bangsa, ditangan pemuda lah sebuah perubahan tercipta. Secara empiris pemuda adalah seseorang yang   to be more dynamics and successful”. Seseorang yang dinamis, memiliki cita-cita besar untuk bangsa, selalu optimis, Berpikiran untuk masa depan yang cerah. Masa depan ada di tangan pemuda, masa depan yang penuh gejolak, turbulensi global, keraganan, kompleksitas dan perubahan yang cepat. Salah satu hal yang membuat pemuda penting adalah keberadaan mereka mengisyaratkan adanya semangat perubahan. Jiwa mereka masih segar dan baru. Kaum muda cenderung berani mengambil keputusan, tanpa takut akan resiko yang akan dihadapinya. Bahkan terkadang, pengambilan keputusan mereka dianggap gegabah. Hal ini disebabkan karena jiwa mereka yang bergejolak dan menyala-nyala. Pada usia muda, manusia masih memiliki fisik yang segar, otot yang kuat serta semangat dan kecerdasan yang bisa diandalkan untuk memberi perubahan. Akan tetapi pemuda yang bisa mengubah peradaban bukanlah sembarang pemuda. Mereka adalah pemuda-pemuda yang memiliki kualitas diri yang bisa diandalkan.


Gerakan tahun 1998 juga merupakan gerakan yang dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa dimana sebelumnya gerakan-gerakan massiv melawan ketidakadilan di Indonesia juga dimotori oleh pemuda dan mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia di belahan dunia lain nya pemuda juga  mengambil peran besar. Dalam sejarah Islam tercatat ada banyak Sahabat Rasulullah yang masih muda belia namun telah menjadi pimpinan perang pada saat itu. Namun saat ini menilik dari kondisi kekinian Indonesia ketika semangat sebagiannya untuk menjadi pembaharu maka disisi lain tak dapat dinafikan bahwa pemuda Indonesia masih jauh dari ideal. Sebagai Negara berkembang Negara ini masih mengantongi banyak masalah. Salah satunya adalah hilangnya karakter seorang pemuda dalam diri pemuda itu sendiri. Berjuta persoalan yang menghinggapi pemuda mulai dari penggunaan narkoba, krisis identitas, seks bebas, tawuran, kejahatan dan lain-lain. Dan dengan kompleksnya persoalan-persoalan itu terkadang memunculkan sikap pesimistis terhadap pemuda itu sendiri. Padahal pemuda seperti yang saya sebutkan di atas maka tentunya harapan-harapan besar itu ada ditangan pemuda. Namun bagaimana jika kualitas pemudanya jauh dari harapan. Pemudanya kehilangan karakter sebagai pemuda itu sendiri.
seorang pemuda tidak mungkin bermetafosis menjadi tokoh yang besar jika tidak memiliki kualitas individu yang mendukung. Ia tidak akan bisa memberi warna bagi perubahan jika pemuda tersebut hanyalah ”pemuda biasa-biasa saja”. Kualitas yang dimaksud di sini bisa dalam berbagai aspek seperti intelektual, finansial, maupun kemampuan dalam memimpin. Satu hal yang perlu diketahui bahwa ketika seorang pemuda hanya dibekali dengan materi atau pendidikan tetapi tidak memiliki karakter yang siap memberi perubahan, maka semua itu akan sia-sia. Ilmu yang dimiliki akan terpendam dalam dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan sosok pemuda yang siap dari berbagai aspek dimana ia memiliki pengetahuan dan karakter yang bisa mengubah peradaban menjadi lebih baik.
Saya berpikiran jika setiap pemuda mengetahui dan mengenal siapa dirinya maka niscaya persoalan-persoalan terkait pelanggaran  moral tidak akan ada lagi. Namun masalahnya saat ini Indonesia belumlah terlalu serius dalam membentuk dan mengarahkan  karakter pemudanya. Pendidikan yang ada di sekolah-sekolah formal saat ini masih sangat kaku dan hanya berfokus pada kognitif semata. Belum mampu memproduk manusia Indonesia menjadi manusia seutuhnya. Konsep kepemimpinan untuk membentuk karakterk pemuda yang tangguh menjadi wacana yang menarik.  Dalam upaya membangun capasitas personal (personal capacity building) pemuda maka perlu dibangun kepribadian yang memiliku  Pengetahuan Ke-agaman-an, pemuda itu harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keagamaan, dan wawasan sejarah dan wacana keagamaan. Pengetahuan ini harus dimiliki agar pemuda  memiliki sistem berpikir agama dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang sesuai dengan pandangan agama. Kemudian membangun kredibilitas Moral, pemuda itu harus memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistens. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan pengetahuan dan pendidikan serta pengalaman yang dimilikinya. Dan yang paling penting pemuda itu harus memiliki  Wawasan ke-Indonesia-an yang baik, dan dia  memiliki pengetahuan yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga pemuda yang dihasilkan dalam proses selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan komprehensif. Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner. Lalu kemudian pemuda itu harus pakar dan profesionalisme dalam bidang yang digemari atau disukainya pemuda wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan pemuda sebagai referensi yang ikut diperhitungkan publik.
Kepemimpinan,Kompetensi kepemimpinan yang dibangun pemuda adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang lebih luas.. Sosok  pemuda tidak sekedar ahli di wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, dia juga harus memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi perubahan.
Diplomasi dan Jaringan, pemuda adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan pemikirannya atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai lapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.
Pentingnya membangun karakter pemuda agar bisa memiliki daya saing yang tinggi inilah yang menjadi titik tolak saya dalam penulisan makalah ini. Karena, walaupun di Indonesia ini banyak pemuda namun jika tidak mempunyai daya saing yang tinggi maka tidak akan dapat dibanggakan sebagai pencetus perubahan bangsa. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemuda yang memiliki karakter-karakter positif yang mampu membawa perubahan di bidangnya masing-masing. Bukan hanya daya saing tinggi, nilai manfaat bagi masyarakat juga dibutuhkan karena dengan memiliki jiwa yang peduli pada masyarakat maka ia tidak hanya sekedar mengejar kesuksesan diri sendiri semata tetapi juga memikirkan sesamanya. (Ria Bustanudin)




Minggu, 30 Oktober 2011

Antara KAMMI dan Tenas Effendy



Kunjungan PD KAMMI Riau  ke kediaman Tenas Effendy

Minggu, 30 Oktober 2011 PD KAMMI Riau berkunjung ke kediaman budayawan sekaligus sastrawan H.Tennas Effendy  di Pasir Putih Kampar. Kedatangan rombongan di sambut lansung  oleh laki-laki berusia 87 tahun ini. Di pendopo nya yang sejuk dan dipenuhi ratusan buku-buku dan piagam penghargaan yang didapatnya selama ini. Lelaki yang akrab disapa dengan panggilan Atuk ini memberi beberapa petuahnya kepada pengurus PD KAMMI yang hadir saat itu, dia memaparkan apa dan bagiamana sebenarnya Melayu dan bagaimana hubungan Melayu dengan Islam . Budayawan  yang telah menulis berbagai judul buku yang termasyuhur salah satu nya adalah Tunjuk Ajar, Memilih Pemimpin dalam budaya melayu. Menyitir fenomena yang saat ini terjadi di Riau,  Atuk Tenas Effendy merasa bahwa pemimpin di Riau ini  telah meninggalkan adat, semua telah tergadai demi kepentingan politik. Sehingga malu tak lagi pada tempatnya. Datuk menggambarkan Pemimpin yang ideal itu seperti Bulan, mulanya kecil, lalu besar dan kemudian bulat sempurna, indah di pandang dan kemudian menyejukkan.
Pria yang suka beranalogi ini juga menyampaikan nasihat kepada pengurus bagaimana sesuatu yang datang kepada kita itu harus di Ayak, dia mengkiaskan Ayakan itu menggunakan nyiru (alat untuk menampih beras yang masih di gunakan di kampung-kampung ). Nilai-nilai untuk mengayak itu adalah Agama sehingga kita tahu mana yang buruk dan mana yang baik Ujarnya.  Atuk pun mengatakan bahwa sebenarnya budaya Melayu itu sangatlah Islami dia mencontohkan penggunaan baju kurung oleh orang melayu yang mana dulu baju kurung itu bernama Teluk Belanga (nama salah satu daerah di Singapura). sebagian orang menyebutnya Gunting Cina  Baju kurung itu digambarkan sebagian sesuatu yang dikurung (dikungkung) oleh Syara (agama) dan adat. Seperti itu Melayu, sesungguhnya melayu itu menjabarkan nilai-nilai islam itu sendiri.
Eddy Syahrizal mantan Ketua KAMDA Riau yang juga turut hadir menanyakan  pendapat beliau tentang arti “Putra Daerah”, dengan lugas beliau menjawab “dia sendiri tidak mengerti mengapa orang mengangkat wacana putra daerah, sembari bercanda dia berkelakar “ kalau lah putra daerah itu diidentikkan oleh orang asli Riau maka menurut saya orang asli itu adalah suku talang mamak atau  suku sakai he..he..” kelakar nya ini memancing tawa seluruh peserta yang hadir saat itu. Orang melayu sebenarnya sangat terbuka. Ujarnya kembali
Orang melayu juga menurut Atuk adalah orang yang paling paham akan sopan santun, tutur bahasanya lembut, dia tahu pada dirinya, juga seseorang yang arif dan bijaksana karena menurut Atuk lagi bahwa budaya melayu itu penuh kesantunan, menghormati orang lain. Seperti dicontohkan dalam rumah asli orang melayu yang mana ada dua pintu, yang satu pintu depan dan yang yang satu pintu belakang. Pintu depan untuk tamu, pintu belakang untuk keluar masuk “orang rumah” beginilah orang melayu menghormati tamu yang datang. Lalu dalam kesantunan tutur kata. Orang melayu bukan lah orang yang suka blak-blak an dalam penyampaian, itulah dulu mengapa orang melayu suka berdendang, berpantun, dan bersyair. Menyampaikan nasehat-nasehat dalam bentuk sindiran. Ini adalah bentuk kearifan budaya yang dimilki orang Riau. Misalnya : dalam penggunaan kalimat “banyak Siket” ini bermakna ketika kalimat ini dilontarkan maka si penerima kalimat diberi pertimbangan untuk memutuskan.
Selanjutnya dalam penyampaiannya pria ini memberi motivasi untuk pengurus daerah dalam berorganisasi kunci dalam membangun organisasi yang solid dan kokoh adalah membangun silahturrahmi dan komunikasi, seperti memakan nasi dia menggambarkan berapa banyak orang yang terlibat dalam proses beras menjadi nasi, mulai dari menanam oleh petani, hingga nasi tersaji di atas meja. Begitulah juga berorganisasi. Kita tidak bisa hidup sendiri-sendiri, hidup haruslah berbagi, selain itu Atuk juga menyarankan agar setiap organisasi kepemudaan  menggunakan media – media yang ada mulai dari jejaring social, media cetak, hingga elektronik untuk mensyiarkan budaya melayu ke segenap penjuru.
Gigin Ahmad Affandi, Kepala Bidang Kebijakan Publik KAMMI Riau menanyakan mengenai apa sebenarnya Budaya Melayu itu, apakah budaya melayu itu hanya sebatas yang selama ini ditampilkan oleh pejabat-pejabat di  Riau, lalu apa peran Dewan kesenian melayu dalam hal mengembangkan budaya Melayu, Datuk pun menjawab “ jangan sempit memandang sesuatu, Budaya melayu bukan hanya tari-tarian atau nyanyi-nyanyian, itu hanya lah bagian kecil dari budaya melayu, namun tak dipungkiri saat ini banyak yang terjebak dengan pemikiran seperti itu sehingga Melayu hanya dianggap sebagai tari-tarian atau sejenisnya, beliau berharap agar kita tidak terkotak-kotak dengan pandangan sempit itu, Dunia Melayu adalah Dunia Islam ada 300 Juta lebih orang melayu yang tersebar di seluruh dunia.
Terakhir Atuk berpesan bahwa jangan pernah menghampakan harapan orang yang datang pada kita, tidak mampu membantu dengan materi bantulah dengan pikiran atau tenaga Ujarnya menutup perbincangan siang itu.



Kisah Ria di TOT CP KEMENPORA


Namaku Ria dan aku suka sekali menuliskan apapun tentang apa yang kulihat dan apa yang aku rasa. Banyak orang mengklaim aku ini lebay..yah..whatever lah apapun itu selagi aku tidak menyakiti hati orang dalam tulisan ku maka aku rasa tidak ada yang salah, aku juga tidak lagi curhat di dunia maya, aku rasa kita harus bedakan mana yang curhat dan mana yang berbagi. Ya.. berbagi aku hanya ingin berbagi dengan kalian, jika ada yang bisa diambil maka ambil lah jika pun tidak maka buang saja. Aku rasa kalian yang suka komplain tentang hobby ku ini aku sarankan mulai sekarang Menulislah maka akan kalian lihat, kalian tidak akan bisa berhenti menulis, aku telah terjangkiti virus itu, sehingga kadang-kadang dalam keadaan marah pun aku menulis, menulis kemarahanku.
Hari ini aku ingin mengisahkan satu lagi dari sejarah hidupku, sebuah cerita dari balik sebuah hotel mewah ( sebut saja begitu) di kota ku kota Pekanbaru. Sebuah epilog kebersamaan bersama mereka teman-teman dari seluruh Provinsi Se Sumatra kecuali Lampung dan Bangka Belitung. Aku tidak mengatakan bahwa pelatihan ini sangat menyenangkan, pelatihan ala pejabat-pejabat pemerintahan, sekali lagi tidak, jangan katakan pelatihan ini sangat asyik dengan fasilitas hotel mewahnya (Tuinnggg Mutiara merdeka Euy..) sekali lagi tidak.
Teman-teman ku di kampus..
pelatihan ini jangan kalian bayangkan dengan segala ke”glamorannnya”,
jangan.. sekali-kali teman!
pelatihan “tarbiyah” di kampus kita  jauh lebih menyenangkan daripada pelatihan ini.
Tetapi pelatihan ini menjadi sangat luar biasa aku rasakan karena sebelumnya aku tidak malas mengikuti pelatihan di kampusku. Camkan itu teman-teman. Aku tidak malas saat harus pergi DM 1 atau 2, aku tidak malas saat harus ada dauroh pementor atau dauroh “guru ngaji” yang di sms kakakku, aku jalani walaupun kadang terdengar bisikan keluhan. Teman-teman tidak ada pelatihan yang jauh lebih menyenangkan selain pelatihan di kampus kita, karena disana kau tidak temukan rindu yang membuncah karena yang kau rindukan ada di sampingmu.


Hari itu Rabu tanggal 19 Oktober diantar oleh Nia adikku aku berangkat menuju ke hotel Mutiara Merdeka sekitar 12 km dari rumahku, berbekal dengan 2 tas tempat menaruh perlengkapan selama 8 hari dan satu tas tangan aku tiba di depan hotel Mutiara merdeka. Ya berdasarkan sms panitia kami harus check in di hotel sebelum pukul 9 pagi. Singkat cerita selesai sarapan (padahal sebelumnya aku udah makan Mie Ayam loh..he..he..) kami diminta menunggu oleh panitia, sembari menunggu aku menyelesaikan tulisan yang menjadi syarat mengikuti pelatihan ini. Sebuah  essay yang bertemakan “Membangun Karakter Pemuda Indonesia” untuk tulisan ku kali ini jujur  aku sebenarnya binggung ketika harus menuliskan bagaimana membangun karakter pemuda, dari mana aku harus memulainya dan karakter seperti apa yang harus aku jadikan tulisan. Dalam kebingungan itu akhirnya aku mendapat inspirasi untuk mengambil referensi dari KONSEP MUSLIM NEGARAWAN yang dimilki KAMMI. Ya begitu kerennya KAMMI merumuskan konsep kompetensi kader nya.
 Setelah itu pantia kemudian meminta kami untuk menyelesaikan administrasi di ruang pantia. Peserta belum datang semuanya, masih sebagian baru yang aku lihat, beberapa dari Jambi dan Padang. Menunggu dan menunggu itulah yang bisa kami lakukan hingga pukul 3 sore, sebelum acara pembukaan kami semua melaksanakan gladi resik sembari mengabsen peserta dari provinsi lain yang telah hadir. Tepat pukul 16.30 wib acara pembukaan dimulai dengan memakai kostum kaos merah putih yang dibagikan panitia kami terlihat sangat nasionalis. Indonesia Raya Berkumandang di Ball Room megah Hotel Mutiara merdeka. Di buka lansung oleh Staf Ahli Gubernur Riau Bidang SDM karena Gubernur Riau berhalangan hadir acara pembukaan juga di hadiri  oleh Asst Staf Deputi Bidang peningkatan kapasitas pemuda KEMENPORA Kepala Dispora Riau,. Tak lupa penampilan tarian persembahan beberapa remaja putri yang kutaksir berusia sekitar 12 hingga 15 tahun. Penampilan mereka memukai peserta lainnya tapi tidak bagi ku (he..he.. bukannya apa-apa aku udah biasa lihat tarian mereka kok..). usai acara penutupan kami semua di beri arahan singkat seputar kegiatan ini “Training Of Trainer Character Building (TOT CB) KEMENPORA dengan mengangkat tema “ Dari Pemuda Indonesia untuk Negaranya”..
it so great theme you know..
saya suka sekali membaca tema kegiatan ini.. sangat menyentuh hati dan memunculkan rasa memiliki Indonesia.. ya pemilihan tema kali ini pasti tidak main-main, makanya aku sangat percaya pilihan untaian kata-kata yang indah mampu menarik hati orang lain (So. Hati-hati lah memilih tema). Malamnya acara masih dilanjutkan dengan materi pertama dari Bapak Imam Gunawan selaku Asst Staf Deputi Peningkatan kapasitas pemuda dari KEMENPORA. Sesi yang dimulai sekitar pukul 08.30 wib ini mengangkat tema (Upss..saya lupa temanya apa..) yang pasti materi pertama ini bercerita tentang siapa itu pemuda dalam undang-undang termasuk peran pemuda dalam pembangunan. Satu  penyampaian yang menyentak saya ketika Pak Imam mengatakan “ barang siapa yang beragama dengan baik maka secara otomatis dia akan mencintai negaranya” weitss.. sesuatu banget ya. Mengingat banyaknya sekarang orang Indonesia sendiri yang ngaku ulama, kyai, dan sejenisnya namun kerjaannya selalu menghujat Indonesia, aku hanya berpikir jika benar mencintai kenapa tidak berbuat, bukankah yang dilihat amalan kita bukan wacana besar tanpa aksi.
Materi pertama ini selesai pada pukul 11.00 wib, namun sebelumnya kami oleh panitia di bagi kan kamar secara acak, panitia terlihat tidak siap ketika harus membagi-bagi kamar para peserta. Banyak yang kebingungan karenanya, hingga beberapa kali terlihat peserta harus menggotong tas nya kesana kemari, hanya karena instruksi pantia beberapa kali diralat oleh panitia itu sendiri. Belum lagi ketika pembagian tas dan kaos. Panitia lagi-lagi terlihat panik.sehingga jangan teman-teman bayangkan ada antrian dalam pembagian ini karena semuanya berebutan dan numpuk jadi satu. Begitu juga ketika Coffe break semuanya dumplek jadi satu. Ya tadinya sih berharap acara nasional setingkat KEMENPORA dikelola secara professional dan eksklusif.
Dan akhirnya dengan mengangkat tas menuju lantai 8 (kebetulan lift hotel hanya sampai lantai 7 saja) dengan mata mengantuk aku bergegas membuka pintu kamar  805 , yah lumayan lah kamar untuk 4 orang, cozy dan adem. Aku sekamar dengan peserta asal Kepri yaitu Tari, lalu ada Surya asal Aceh dan Meri asal Palembang untuk kawan ku satu ini begitu sampai dikamar dia lansung menanyakan padaku dimana ada orang jual Mpek-Mpek di sini tanyanya..he..he.. ada-ada saja.


Kamis, 13 Oktober 2011

Ria's second Resep


Nah sesuai Janji maka hari ini saya akan mempubblish sebuah resep yang kemarin aku bikin
Nama resepnya
Cumi tahu Goreng Saus Riau (namanya diganti..krna saya bikinya di Riau_Sok kedaerahan banget ya..^_^). Tapi pastikan kamu yang buat ini harus punya Gigi yang kuat untuk mengunyah setiap potongan cumi yang kamu masak karena saya gak nanggung loh kalau gigi kamu tanggal waktu makannya.
Oke lets go check it out..^_^
Cumi tahu Goreng Saus Riau
Bahan :
·         5 ekor Cumi bersihkan dan potong 2 (lihat ukurannya dulu, kalo cumi nya gede bisa dipotong, kalo kecil ya gak usah dipotong)
·         Tahu
·         Cabe Merah
·         Bawang merah
·         Bawang putih
·         Garam
·         Tomat
·         Minyak untuk menggoreng

Cara membuat :
·         Bersihkan cumi beri garam dan perasan jeruk nipis biar gak amis
·         Cabe merah,  bawang merah dan putih di giling hingga  halus
·         Potong tomat
·         Setelah bumbu siap,  Goreng tahu dan Cumi (kalo aku goreng Cumi nya ampe Crunchy karena aku gak suka yang masih basah dan lembek)
·         Setelah selesai menggoreng cumi dan tahu maka sisihkan
·         Selanjutnya tumis bumbu yang udah digiling dengan sedikit minyak aja ya
·         Tambahkan garam (oh ya kalo untuk cumi kamu gak usah menambahkan bumbu penyedap banyak2 karena cumi sendiri udah mengeluarkan cita rasa kaldu yang luar biasa)
·         Setelah bumbu harum dan masak campur bersama tahu dan Cumi goreng tadi
·         Makanan siap disajikan dengan nasi panas.

Rasakan sensasi rasanya
Gak bakalan nyesal loh

Pergedel jagung



 Hasil Karya yang membanggakan 

Hari ini 11 Oktober 2011, I Just at home.. gak kemana-mana hanya di rumah. Setelah sibuk berkutat dengan beberapa pekerjaan, yang belum selesai  (dan gak tau kapan akan selesai) aku berpikir untuk sejenak mengasah kemampuan ku yang kadang gak jelas, kadang terang benderang.
Tiba-tiba aku teringat dengan jagung kaleng  Yang kemarin aku beli,  rencananya jagung kalengan itu akan  aku gunakan untuk membuat kue Tako-Tako. Yang nantinya akan aku sajikan di acara diskusi ahad di MTQ..acara departemen KebijakanPublik nya Pak Gigin. Tapi karena sesuatu dan lain hal aku tidak jadi membuat makanan itu. Maka hari ini aku putuskan untuk membuat pergedel  jagung. Cerita punya cerita ni.. sudah satu tahun belakangan ini aku selalu berkesperimen dengan pergedel berbahan dasar Jagung, terakhir aku menghitung bahwa aku  telah membuatnya lebih dari 20 kali. Dan semuanya bermuara dengan kegagalan.  Aku gak ngerti kenapa makanan ini tidak menjadi pergedel seperti yang aku cita-citakan. Usut punya usut aku baru menyadari kesalahanku. ternyata itu semuanya terletak pada takaran bahan yang aku gunakan..dan aku baru menyadai hal itu sebulan yang lalu, setelah hampir puluhan kali membuat dan menyajikan nya pada keluarga dan teman-temanku. 
Dan hari ini aku senang sekali karena ternyata..taraaa..pergedel jagung ku berhasil sempurna..perfecto banget. Aku bahkan sampai gak tega mencicipinya.. aku berhasil membuatnya tanpa kurang suatu apapun..dan demi membagi kebahagiaan ini. Maka aku mempublish resep pergedel jagung yang aku ciptakan ini. Resep ini akan aku jaga sampai 7 turunan dan berharap pergedel jagung hari ini akan menjadi sejarah dalam hidupku..(karena for the first time Mama tidak mengkomplain masakan ku.. it’so amazing you know…^_^)
Berikut resep nya..so simple n easy to make this

Pergedel Jagung
Bahan :
1.sekaleng Jagung kaleng                              
2. 5 SDM Tepung  Terigu
3. Bawang Putih dan sedikit Kunyit     
4.2 tangkai Daun bawang dan Seledri              
5.Garam
6.Penyedap Rasa
7.Minyak untuk goreng
Cara membuat:
1.    Haluskan Jagung bersama Bawang putih dan sedkit kunyit
2.    Cincang daun bawang dan seledri
3.    Campurkan adonan menjadi satu, aduk rata
4.    Tambahkan garam dan penyedap rasa ke dalam adonan
5.    Cicipi rasanya jika udah pas, siap untu digoreng, Adonan jagung pastikan tidak encer  dan juga tidak padat. Gunakan Feeling untuk membuat adonan.. ini dilakukan agar Pergedel jagung kamu gak keras. Minimal ketika kamu pencet adonan bisa di uleni. Tidak encer dan tidak juga padat.
6.    Selanjutnya siapkan kuali untuk menggoreng, masukkan minyak. Jgn terlalu banyk, krna kalau minyak nya merendam adonan yang digoreng maka pergedel kamu akan berminyak,
7.    Dan setelah minyak panas masukkan adonan sesuai bentuk yang diinginkan. Kalo aku tadi membentuknya dalam ukuran kecil yang imut, yang kalo dimakan bisa lansung masuk mulut..menghemat pencernaan dan kerja Gigi untuk mengunyah..
8.     Gunakan api sedang saja. Setelah berwarna kekuningan dan Crunchy, angkat gorengan dan Tiriskan.
9.    Pergedel Jagung siap disantap. Simpel banget kan Bikinnya. Murah dan yang pasti sehat terjamin kebersihannya.
Tunggu resep lainnya ya.. Rencanya saya akan menpublish satu lagi resep yang berhasil saya buat yaitu Cumi Tahu Saus Padang..Ditunggu ya.

_Ria Bustanudin_



Minggu, 09 Oktober 2011

Kalo ini Saya yang punya


Dari sini kami belajar

net
      Hampir kurang dari 5 tahun KAMMI berperan dalam membangun karakter dan cara berpikir saya. Pada tujuan dan cara KAMMI telah masuk dalam diri saya, dakwah bersama KAMMI saya rasakan sebagai sebuah moment-moment indah yang penuh dinamika. Bagaimana KAMMI membekali seseoang menjadi berkualitas dalam segala hal, pada Tsaqofah keislaman, pada intelektualismenya. 
 KAMMI mampu membangun sebuah konsep pembentukan seseorang menjadi Pemimpin Tangguh yang  “Keras”, militansi dan loyalitas tinggi. Pada  gerakan mahasiswa yang lahir 13 tahun yang lalu ini semua telah dijawab olehnya.  KAMMI memilki arah yang jelas kemana dia akan bermuara, semuanya termaktub dalam visi dan misi yang bagi anak KAMMI semua itu telah  dihapal diluar kepala dan tertanam dalam jiwa dan pikirannya. Ash Shaff ayat 4 mengatakan bahwa Allah mencintai orang – orang yang berbaris rapi maka KAMMI telah merealisasikan dalam ruh dan geraknya, bahwa KAMMI merupakan salah satu  Organisasi rapi yang terkondisikan dalam setiap ruang dan waktu. Mungkin akan terasa sangat berlebihan, namun begitulah bahwa kecintaan kami kepada KAMMI seperti memakan buah durian yang tidak akan bisa diketahui rasanya jika kita tidak mencicipinya terlebih dahulu, ketika telah merasakannya, tak henti-henti ingin terus mencicipi. Begitulah KAMMI mengajarkan kami, entahlah saya pun tidak mengerti bagaimana KAMMI membentuk karakater ini.
      KAMMI kerap melempar saya ke berbagai  kejadian dan situasi  yang ketika itu saya pun tidak tahu harus melakukan apa. Pertama kali KAMMI telah melempar saya ke satu wajihah ammah di FKIP atas rekomendasi,  berbicara BEM saat itu komposisi struktur pengurus terdiri dari anak KAMMI, disana dinamika dan perbedaan menjadi biasa, diskusi alot di rapat kegiatan atau evaluasi penuh dinamika dan full energi, saat itu sebagai kader KAMMI yang tengah “dinas” diluar (saya menyebutnya dengan kami) perbedaan mengenai cara dan tekhnis itu hal yang biasa tetapi kami akan tetap satu suara jika sudah menyinggung masalah prinsip. Ketika itu formasi kader KAMMI di FKIP yang semuanya rata-rata  “nakal” dan “keras” terutama Kak Windy yg saat itu duduk di Departemen  Kebijakan Publik, banyak mendapat tedensi bahkan pernah beberapa kali adu fisik antara ikhwah dengan gerakan mahasiswa lain di FKIP dan bahkan dengan  Pembantu Dekan  III FKIP, saat itu kader KAMMI pasang badan membela di FKIP , ikhwah Tekhnik di BEM, Ikhwah Fekon di BEM, KP KAMMI, BPH KAMMI, semuanya bersuara, mengatur strategi, bahkan ana teringat ketika itu beberapa ikhwah pernah datang kepada Pembantu Dekan  III FKIP tersebut  bukan untuk memelas meminta maaf tetapi ingin menegaskan kepada beliau akan fungsi yang telah dilanggar dan sikap otoriter nya padahal gerakan mahasiswa tidak bisa diintervensi oleh siapapun bahkan dibubarkan oleh  siapapun kecuali oleh mahasiswa itu sendiri, saya masih ingat juga ketika anak KAMMI di BEM turun ke jalanan kampus dalam rangka aksi menyambut bulan Ramadhan, atau ketika anak KAMMI di BEM  mengadakan aksi sosial untuk anak Jalanan



bersama Rektor di bulan puasa saat itu, pergi aksi dengan menumpang bis kota menjadi hal yang tak lagi dianggap memalukan bagi  mereka karena di sini tidak ada yang anti dengan aksi karena mereka tidak pragmatis memandang aksi walaupun kritikan kerap hadir dari orang-orang didekat mereka, terakhir mereka membuat saya terkesan dengan semangat mereka merayakan HUT Milad KAMMI ke 13 beberapa waktu lalu, pengurus, AB 2 dan AB 1 , Alumni DM 1 yang baru beberapa bulan lalu bergabung mampu menyihir hati saya meninggalkan kesan dan menambah keyakinan saya akan tetap bermekarannya  bunga-bunga Haroki indah di AL-Adiyat ini melaui tangan-tangan kekar  yang akan mengenggam dunia ,  begitulah kader KAMMI keras dan tegas. Dan ini yang kadang tidak bisa diterima semua orang, tapi saya yakin keras dan tegas nya kader KAMMI adalah keras dan tegas nya Abu Bakar atau kerasnya Abdullah bin Mas’ud . Ketika saya ada di Aklamasi identitas sebagai anak KAMMI turut menyertai sepanjang keberadaan saya disana,  entahlah entah kenapa saya lebih senang menyertai diri saya sebagai anak KAMMI walaupun saya masih jauh dari harapan. Beberapa kali tulisan saya tidak diterbitkan di Aklamasi karena menganggap tulisan tersebut terlalu ke “KAMMI”, entahlah.. saya pun tidak tahu. Beberapa liputan saya dan  beberapa akhwat KAMMI di sana terkait persolan Bang Heriyanto Irsan, dan Ikhwah kita yang memperjuangan BEM UIR saat itu di tahun 2008 hingga 2009 lalu  yang terlalu di pojokkan karena kinerjanya di BEM UIR pun kerap memicu panas di ruang redaksi bahkan beritanya tidak jadi diangkat  saat itu, hingga tahun 2010 saya memilih resign dari sana itulah  pilihan  saya terkadang hati saya sakit melihat  ikhwah kita yang terlalu dilecehkan.
        Berada di komisariat selama dari tahun 2007 hingga sekarang 2011 memberi warna indah dalam setiap jengkal cerita  mulai dari ketidaksengajaan mengikuti DM,  ketidaklulusan mengikuti DM II di tahun 2008, syuro bersama di dept kebijakan Publik yang full ghiroh, mengikuti DM II di tahun 2009  bersama Akh  dan Ukh dari UIR, mengikuti Tasqib KAMMI, mengikuti aksi yang luar biasa, berorasi, penggalangan dana, merupakan untaian-untaian terindah yang pernah saya lalui bersama mereka. Aksi-aksi  bersama mereka di komisariat inilah yang telah mengajari saya banyak hal, bersama mereka pula saya mendapat banyak “kejutan”, masuk KAMMI tidak suka membaca buku jadi hal yang memalukan, buku-buku gerakan santapan mereka, bukan novel apalagi mangga, lagunya pun lagu Haroki juga lagu perjuangan Mahasiswa tidak musik cengeng,  orasi dijalan tidak canggung, menjadi moderator oke-oke saja, diundang jadi pembicara oke juga walau laptop tak akan lepas dihadapannya, dikasih binaan gak masalah malah kerap binaan diajak aksi, anak KAMMI juga bukan mereka yang kerap “mengancam keluar dari dakwah ini” hanya karena kecewa, bukan mereka yang kerjaannya melirik ikhwan atau akhwat,  tidak pernah memilki fikiran untuk cuti, membaca rutinitasnya , menulis senjatanya, orasi hobbnya,   meluruskan niat menjadi hal utama.
        Dauroh marhalah II di tahun 2009 lalu pun semakin membuat saya yakin untuk terus ada di sini. Disana kami ditempa untuk jadi seseorang yang berguna, berbicara dengan referensi dan data, bagaimana



kami mampu merealisasika kredo gerakan ini, membentuk kami untuk menjadi penggerak dakwahnya  Rasulullah. Itulah inti dari gerakan ini bagaimana eastafet da’wah tidak stagnan di tengah jalan.
      Seorang ikhwah di salah satu buku pernah mengeluarkan stantment yang saya tidak terlalu sepakati tapi cukup menggelitik hati saya beliau mengatakan kebanyakan kader-kader disini adalah kader “yang tak terpakai” dari dakwah kampus,  bahkan anak KAMMI terkadang sering memaksakan akhwat-akhwatnya untuk berdiskusi tentang feminisme, demokrasi, atau globalisasi, pergi seminar ini seminar itu,  Hearing ini Hearing itu, bahkan kerap memaksa akhwat nya dengan “tega” untuk orasi di jalan, namun Alhamdulillah bagi akhwat KAMMI itu bukan masalah bahkan di rapat pekanan bisa menjadi 6 sks sibuk membahas pemikiran, mengolah sistem, “mengkonsep” dakwah, mengkritisi kebijakan, memunculkan ide-ide besar dan “gila”  untuk membangun bangsa dan negara ini.. tapi yakinlah di syuro tersebut  teriakan takbir tetap menyertai syuro yang senantiasa dirindukan pengurusnys. Begitulah  mereka di setiap ujung hari di markas juang ruang kecil di sudut kota  ini teriakan keras yang membangkitkan semangat menuju kebangkitan dakwah tetap bergema hingga masuk kerelung terdalam, mereka yang bisa anda temui di sekre-sekre BEM  kampus, juga di rapat –rapat KPRM, tengah aksi di dijalan,  bahkan terkadang mereka terlibat adu argumen dengan teman-teman wajihah lain, atau tengah istirahat di sebuah mesjid di tengah keramaian pasar  ditemani gerobak pedagang buah hanya untuk sekedar melepas lelah namun semangat tetap membara  bahkan kadang antum bisa menemui mereka di sudut- sudut jalan yang entah apa tengah mereka kerjakan, begitulah anak KAMMI terkadang keanehan mereka tak mampu dipahami semuanya. 
      Itulah kenapa saya mencintai KAMMI sebagai jalan  juang.. karena KAMMI itu aneh tapi selalu kami rindukan..  untuk semua BPH KAMMI sebuah romantika yang telah berlalu, dan kita akan terus berjalan karena jalan ini masih panjang, kerinduan akan syuro di pagi harinya, kerinduan untuk saling mengingatkan..syurga itu telah terbayang di mata kita semua, ana ingin berjumpa antum di Firdaus itu.. bertemu lagi..bercengkarama,  ketika keletihan itu mengikuti maka biarkan pertemuan di sana menjadi peluruhnya.. ana rindu antum (Ria Bustanudin/KO Akhwat Humas)

 Dari KAMMI untuk Indonesia
Indonesia Butuh KAMMI