Total Tayangan Halaman

Rabu, 14 Maret 2012

Belajarlah dari Perang Tabuk




Belajarlah dari perang Tabuk
Ria Bustanudin

Perang Tabuk terjadi pada saat musim paceklik, terjadi pada tahun 8 Hijriyah. Kondisinya saat itu sangat panas luar biasa. Lalu di tempat lain masyarakat tengah menunggu panen buah-buahan.   Ketika seruan jihad memanggil  ketika para sahabat bersiap-siap untuk segera pergi berjihad, mengasah pedang, mempersiapkan bekal, merawat kuda yang akan bertarung di medan perang. Ketika semua sibuk Ka’ab Bin Malik justru tidak terlihat bersiap-siap dia masih ragu apakah akan berangkat atau tidak. “Aku akan bersiap-siap setelah satu atau dua hari, lalu menyusul mereka”. Ketika keesokan harinya tiba dan kaum muslimin telah berangkat, aku bermaksud melakukan persiapan, namun aku tidak mempersiapkan sesuatupun.” Ujar Ka’ab Bin Malik. Hingga akhirnya ka’ab bin malik pun tidak turut serta saat itu.
Allah mengabadikan suasana saat itu dalam surat At Taubah ayat 43 saat itu Allah menegur Rasulullah yang menerima alasan Ka’ab Bin Malik untuk tidak pergi berperang. Hingga kemudian Ka’ab pun menerima hukuman dari Rasulullah atas kelalaian nya. dia diisolasi dari jamaah selama kurang lebih satu bulan  juga dipisahkan dari istrinya.
 Perang Tabuk mengajari banyak hal, hakikatnya ada dua perang yang saat itu bergejolak terjadi di tubuh para sahabat dan pasukan, perang di internal dalam artian perang ini terjadi di diri mereka sendiri dimana saat perang itu tak lama lagi akan panen buah-buahan, lalu ada yang berangkat setengah hati ketika yang lagi begitu bersemangatnya mempersiapkan semuanya maka dengan setengah hati pula dia mempersiapkan peralatan nya. lalu perang yang kedua dalam artian sebenarnya yakni perang di medan laga.
Kasus Ka’ab bin malik ini tentu sangat kompleksitas, Ka’ab bin malik yg lansung ditarbiyah oleh Rasulullah bisa-bisa nya  meninggalkan kewajiban  untuk turun perang saat itu. Lalu bagaimana dengan saat ini berapa banyak yang memberikan alas an untuk tidak turut berjuang ke medan juang, dengan alasan apa mereka enggan, apakah kesibukan duniawi atau kemalasan yang diperturutkan . Berapa banyak dari kita yang membiarkan saudara kita turun sendirian mengurusi masalah umat. Lalu berapa banyak pula  yang turun namun dengan setengah hati, bukannya malah menambah kekuatan malah membuat kacau segalanya.  Jika pada saat itu di perang Tabuk Rasulullah kehilangan Ka’ab Bin malik yang enggan turun dan beberapa yang lainnya maka Tanya lah pada hari ini berapa ratus jumlah mereka yang lebih memilih kenikmatan di rumah daripada menemani saudaranya berjuang. Jika saat itu jumlah nya hanya 3 atau 4 orang maka pada hari ini bisa ribuan jumlahnya. Sementara, kita hari ini telah luput dalam banyak absen di medan dakwah, hilang di banyak kesempatan. Kita absen dan tidak hadir bukan pada satu, dua atau tiga medan ketaatan, tapi mungkin puluhan, ratusan, ribuan, atau mungkin lebih dari itu. Tapi kita belum juga menangisi itu semua. Ingatkah ketika beberapa kaum faqir pada saat itu menangisi menemui Rasulullah untuk diajak pergi perang dengan peralatan seadanya. Lalu kemana air mata penyesalan kita ketika banyak hal telah kita tinggalkan. Padahal tahukan kita bahwa saat itu Sahabat Rasulullah saw, Umar bin Khattab menyerahkan separuh dari hartanya, sedangkan Utsman menyerahkan 300 unta dan 1000 dinar untuk membiayai perang.
Lalu teringat pula ketika Hukuman (iqob) diberikan kepada Ka’ab Bin malik, maka atas keimanan nya kepada Allah walau telah digoda oleh kaum kafir Quraisy namun tidak sedikit pun dia goyah.  Dia menerima semua hukuman yang diberikan kepadanya.
Dan terakhir mari Tanya pada diri sendiri, jangankan menyesali keabsenan kita, kebesaran jiwa kita untuk menerima hukuman atas kelalaian pun kita anggap sebagai angin lalu. malah hukuman kita jadikan alasan untuk keluar dari barisan ini lalu balik menyerang. Lalu mengapa semua ini bisa terjadi tahukah kenapa Mungkin ini terjadi bahwa kita belum tulus berjuang di jalan-Nya.
Wallahualam Bis shawwab

Ria Bustanudin
Staff Kebijakan Publik KAMMI Riau
Terima kasih kepada ketua KAMMI Riau untuk inspirasinya di       Kajian Pengurus KAMDA Riau  
Semoga bermanfaat
Pekanbaru/ 13  Maret 2012