Belajarlah dari perang
Tabuk
Ria Bustanudin
Perang Tabuk terjadi pada saat musim paceklik, terjadi pada tahun 8
Hijriyah. Kondisinya saat itu sangat panas luar biasa. Lalu di tempat lain
masyarakat tengah menunggu panen buah-buahan.
Ketika seruan jihad memanggil
ketika para sahabat bersiap-siap untuk segera pergi berjihad, mengasah
pedang, mempersiapkan bekal, merawat kuda yang akan bertarung di medan perang.
Ketika semua sibuk Ka’ab Bin Malik justru tidak terlihat bersiap-siap dia masih
ragu apakah akan berangkat atau tidak. “Aku akan bersiap-siap setelah satu atau
dua hari, lalu menyusul mereka”. Ketika keesokan harinya tiba dan kaum muslimin
telah berangkat, aku bermaksud melakukan persiapan, namun aku tidak
mempersiapkan sesuatupun.” Ujar Ka’ab Bin Malik. Hingga akhirnya ka’ab bin
malik pun tidak turut serta saat itu.
Allah mengabadikan suasana saat itu dalam surat At Taubah ayat 43 saat itu
Allah menegur Rasulullah yang menerima alasan Ka’ab Bin Malik untuk tidak pergi
berperang. Hingga kemudian Ka’ab pun menerima hukuman dari Rasulullah atas
kelalaian nya. dia diisolasi dari jamaah selama kurang lebih satu bulan juga dipisahkan dari istrinya.
Perang Tabuk mengajari banyak hal,
hakikatnya ada dua perang yang saat itu bergejolak terjadi di tubuh para
sahabat dan pasukan, perang di internal dalam artian perang ini terjadi di diri
mereka sendiri dimana saat perang itu tak lama lagi akan panen buah-buahan,
lalu ada yang berangkat setengah hati ketika yang lagi begitu bersemangatnya
mempersiapkan semuanya maka dengan setengah hati pula dia mempersiapkan
peralatan nya. lalu perang yang kedua dalam artian sebenarnya yakni perang di
medan laga.
Kasus Ka’ab bin malik ini tentu sangat kompleksitas, Ka’ab bin malik yg
lansung ditarbiyah oleh Rasulullah bisa-bisa nya meninggalkan kewajiban untuk turun perang saat itu. Lalu bagaimana
dengan saat ini berapa banyak yang memberikan alas an untuk tidak turut
berjuang ke medan juang, dengan alasan apa mereka enggan, apakah kesibukan
duniawi atau kemalasan yang diperturutkan . Berapa banyak dari kita yang
membiarkan saudara kita turun sendirian mengurusi masalah umat. Lalu berapa
banyak pula yang turun namun dengan
setengah hati, bukannya malah menambah kekuatan malah membuat kacau
segalanya. Jika pada saat itu di perang
Tabuk Rasulullah kehilangan Ka’ab Bin malik yang enggan turun dan beberapa yang
lainnya maka Tanya lah pada hari ini berapa ratus jumlah mereka yang lebih
memilih kenikmatan di rumah daripada menemani saudaranya berjuang. Jika saat
itu jumlah nya hanya 3 atau 4 orang maka pada hari ini bisa ribuan jumlahnya.
Sementara, kita hari ini telah luput dalam banyak absen di medan dakwah, hilang
di banyak kesempatan. Kita absen dan tidak hadir bukan pada satu, dua atau tiga
medan ketaatan, tapi mungkin puluhan, ratusan, ribuan, atau mungkin lebih dari
itu. Tapi kita belum juga menangisi itu semua. Ingatkah ketika beberapa kaum
faqir pada saat itu menangisi menemui Rasulullah untuk diajak pergi perang
dengan peralatan seadanya. Lalu kemana air mata penyesalan kita ketika banyak
hal telah kita tinggalkan. Padahal tahukan kita bahwa saat itu Sahabat
Rasulullah saw, Umar bin Khattab menyerahkan separuh dari hartanya, sedangkan
Utsman menyerahkan 300 unta dan 1000 dinar untuk membiayai perang.
Lalu teringat pula ketika Hukuman (iqob) diberikan kepada Ka’ab Bin malik,
maka atas keimanan nya kepada Allah walau telah digoda oleh kaum kafir Quraisy
namun tidak sedikit pun dia goyah. Dia
menerima semua hukuman yang diberikan kepadanya.
Dan terakhir mari Tanya pada diri sendiri, jangankan menyesali keabsenan
kita, kebesaran jiwa kita untuk menerima hukuman atas kelalaian pun kita anggap
sebagai angin lalu. malah hukuman kita jadikan alasan untuk keluar dari barisan
ini lalu balik menyerang. Lalu mengapa semua ini bisa terjadi tahukah kenapa
Mungkin ini terjadi bahwa kita belum tulus berjuang di jalan-Nya.
Wallahualam Bis shawwab
Ria Bustanudin
Staff Kebijakan Publik KAMMI Riau
Terima kasih kepada ketua KAMMI Riau untuk inspirasinya di Kajian Pengurus KAMDA Riau
Semoga bermanfaat
Pekanbaru/ 13 Maret 2012