Total Tayangan Halaman

Minggu, 09 Oktober 2011

Kalo ini Saya yang punya


Dari sini kami belajar

net
      Hampir kurang dari 5 tahun KAMMI berperan dalam membangun karakter dan cara berpikir saya. Pada tujuan dan cara KAMMI telah masuk dalam diri saya, dakwah bersama KAMMI saya rasakan sebagai sebuah moment-moment indah yang penuh dinamika. Bagaimana KAMMI membekali seseoang menjadi berkualitas dalam segala hal, pada Tsaqofah keislaman, pada intelektualismenya. 
 KAMMI mampu membangun sebuah konsep pembentukan seseorang menjadi Pemimpin Tangguh yang  “Keras”, militansi dan loyalitas tinggi. Pada  gerakan mahasiswa yang lahir 13 tahun yang lalu ini semua telah dijawab olehnya.  KAMMI memilki arah yang jelas kemana dia akan bermuara, semuanya termaktub dalam visi dan misi yang bagi anak KAMMI semua itu telah  dihapal diluar kepala dan tertanam dalam jiwa dan pikirannya. Ash Shaff ayat 4 mengatakan bahwa Allah mencintai orang – orang yang berbaris rapi maka KAMMI telah merealisasikan dalam ruh dan geraknya, bahwa KAMMI merupakan salah satu  Organisasi rapi yang terkondisikan dalam setiap ruang dan waktu. Mungkin akan terasa sangat berlebihan, namun begitulah bahwa kecintaan kami kepada KAMMI seperti memakan buah durian yang tidak akan bisa diketahui rasanya jika kita tidak mencicipinya terlebih dahulu, ketika telah merasakannya, tak henti-henti ingin terus mencicipi. Begitulah KAMMI mengajarkan kami, entahlah saya pun tidak mengerti bagaimana KAMMI membentuk karakater ini.
      KAMMI kerap melempar saya ke berbagai  kejadian dan situasi  yang ketika itu saya pun tidak tahu harus melakukan apa. Pertama kali KAMMI telah melempar saya ke satu wajihah ammah di FKIP atas rekomendasi,  berbicara BEM saat itu komposisi struktur pengurus terdiri dari anak KAMMI, disana dinamika dan perbedaan menjadi biasa, diskusi alot di rapat kegiatan atau evaluasi penuh dinamika dan full energi, saat itu sebagai kader KAMMI yang tengah “dinas” diluar (saya menyebutnya dengan kami) perbedaan mengenai cara dan tekhnis itu hal yang biasa tetapi kami akan tetap satu suara jika sudah menyinggung masalah prinsip. Ketika itu formasi kader KAMMI di FKIP yang semuanya rata-rata  “nakal” dan “keras” terutama Kak Windy yg saat itu duduk di Departemen  Kebijakan Publik, banyak mendapat tedensi bahkan pernah beberapa kali adu fisik antara ikhwah dengan gerakan mahasiswa lain di FKIP dan bahkan dengan  Pembantu Dekan  III FKIP, saat itu kader KAMMI pasang badan membela di FKIP , ikhwah Tekhnik di BEM, Ikhwah Fekon di BEM, KP KAMMI, BPH KAMMI, semuanya bersuara, mengatur strategi, bahkan ana teringat ketika itu beberapa ikhwah pernah datang kepada Pembantu Dekan  III FKIP tersebut  bukan untuk memelas meminta maaf tetapi ingin menegaskan kepada beliau akan fungsi yang telah dilanggar dan sikap otoriter nya padahal gerakan mahasiswa tidak bisa diintervensi oleh siapapun bahkan dibubarkan oleh  siapapun kecuali oleh mahasiswa itu sendiri, saya masih ingat juga ketika anak KAMMI di BEM turun ke jalanan kampus dalam rangka aksi menyambut bulan Ramadhan, atau ketika anak KAMMI di BEM  mengadakan aksi sosial untuk anak Jalanan



bersama Rektor di bulan puasa saat itu, pergi aksi dengan menumpang bis kota menjadi hal yang tak lagi dianggap memalukan bagi  mereka karena di sini tidak ada yang anti dengan aksi karena mereka tidak pragmatis memandang aksi walaupun kritikan kerap hadir dari orang-orang didekat mereka, terakhir mereka membuat saya terkesan dengan semangat mereka merayakan HUT Milad KAMMI ke 13 beberapa waktu lalu, pengurus, AB 2 dan AB 1 , Alumni DM 1 yang baru beberapa bulan lalu bergabung mampu menyihir hati saya meninggalkan kesan dan menambah keyakinan saya akan tetap bermekarannya  bunga-bunga Haroki indah di AL-Adiyat ini melaui tangan-tangan kekar  yang akan mengenggam dunia ,  begitulah kader KAMMI keras dan tegas. Dan ini yang kadang tidak bisa diterima semua orang, tapi saya yakin keras dan tegas nya kader KAMMI adalah keras dan tegas nya Abu Bakar atau kerasnya Abdullah bin Mas’ud . Ketika saya ada di Aklamasi identitas sebagai anak KAMMI turut menyertai sepanjang keberadaan saya disana,  entahlah entah kenapa saya lebih senang menyertai diri saya sebagai anak KAMMI walaupun saya masih jauh dari harapan. Beberapa kali tulisan saya tidak diterbitkan di Aklamasi karena menganggap tulisan tersebut terlalu ke “KAMMI”, entahlah.. saya pun tidak tahu. Beberapa liputan saya dan  beberapa akhwat KAMMI di sana terkait persolan Bang Heriyanto Irsan, dan Ikhwah kita yang memperjuangan BEM UIR saat itu di tahun 2008 hingga 2009 lalu  yang terlalu di pojokkan karena kinerjanya di BEM UIR pun kerap memicu panas di ruang redaksi bahkan beritanya tidak jadi diangkat  saat itu, hingga tahun 2010 saya memilih resign dari sana itulah  pilihan  saya terkadang hati saya sakit melihat  ikhwah kita yang terlalu dilecehkan.
        Berada di komisariat selama dari tahun 2007 hingga sekarang 2011 memberi warna indah dalam setiap jengkal cerita  mulai dari ketidaksengajaan mengikuti DM,  ketidaklulusan mengikuti DM II di tahun 2008, syuro bersama di dept kebijakan Publik yang full ghiroh, mengikuti DM II di tahun 2009  bersama Akh  dan Ukh dari UIR, mengikuti Tasqib KAMMI, mengikuti aksi yang luar biasa, berorasi, penggalangan dana, merupakan untaian-untaian terindah yang pernah saya lalui bersama mereka. Aksi-aksi  bersama mereka di komisariat inilah yang telah mengajari saya banyak hal, bersama mereka pula saya mendapat banyak “kejutan”, masuk KAMMI tidak suka membaca buku jadi hal yang memalukan, buku-buku gerakan santapan mereka, bukan novel apalagi mangga, lagunya pun lagu Haroki juga lagu perjuangan Mahasiswa tidak musik cengeng,  orasi dijalan tidak canggung, menjadi moderator oke-oke saja, diundang jadi pembicara oke juga walau laptop tak akan lepas dihadapannya, dikasih binaan gak masalah malah kerap binaan diajak aksi, anak KAMMI juga bukan mereka yang kerap “mengancam keluar dari dakwah ini” hanya karena kecewa, bukan mereka yang kerjaannya melirik ikhwan atau akhwat,  tidak pernah memilki fikiran untuk cuti, membaca rutinitasnya , menulis senjatanya, orasi hobbnya,   meluruskan niat menjadi hal utama.
        Dauroh marhalah II di tahun 2009 lalu pun semakin membuat saya yakin untuk terus ada di sini. Disana kami ditempa untuk jadi seseorang yang berguna, berbicara dengan referensi dan data, bagaimana



kami mampu merealisasika kredo gerakan ini, membentuk kami untuk menjadi penggerak dakwahnya  Rasulullah. Itulah inti dari gerakan ini bagaimana eastafet da’wah tidak stagnan di tengah jalan.
      Seorang ikhwah di salah satu buku pernah mengeluarkan stantment yang saya tidak terlalu sepakati tapi cukup menggelitik hati saya beliau mengatakan kebanyakan kader-kader disini adalah kader “yang tak terpakai” dari dakwah kampus,  bahkan anak KAMMI terkadang sering memaksakan akhwat-akhwatnya untuk berdiskusi tentang feminisme, demokrasi, atau globalisasi, pergi seminar ini seminar itu,  Hearing ini Hearing itu, bahkan kerap memaksa akhwat nya dengan “tega” untuk orasi di jalan, namun Alhamdulillah bagi akhwat KAMMI itu bukan masalah bahkan di rapat pekanan bisa menjadi 6 sks sibuk membahas pemikiran, mengolah sistem, “mengkonsep” dakwah, mengkritisi kebijakan, memunculkan ide-ide besar dan “gila”  untuk membangun bangsa dan negara ini.. tapi yakinlah di syuro tersebut  teriakan takbir tetap menyertai syuro yang senantiasa dirindukan pengurusnys. Begitulah  mereka di setiap ujung hari di markas juang ruang kecil di sudut kota  ini teriakan keras yang membangkitkan semangat menuju kebangkitan dakwah tetap bergema hingga masuk kerelung terdalam, mereka yang bisa anda temui di sekre-sekre BEM  kampus, juga di rapat –rapat KPRM, tengah aksi di dijalan,  bahkan terkadang mereka terlibat adu argumen dengan teman-teman wajihah lain, atau tengah istirahat di sebuah mesjid di tengah keramaian pasar  ditemani gerobak pedagang buah hanya untuk sekedar melepas lelah namun semangat tetap membara  bahkan kadang antum bisa menemui mereka di sudut- sudut jalan yang entah apa tengah mereka kerjakan, begitulah anak KAMMI terkadang keanehan mereka tak mampu dipahami semuanya. 
      Itulah kenapa saya mencintai KAMMI sebagai jalan  juang.. karena KAMMI itu aneh tapi selalu kami rindukan..  untuk semua BPH KAMMI sebuah romantika yang telah berlalu, dan kita akan terus berjalan karena jalan ini masih panjang, kerinduan akan syuro di pagi harinya, kerinduan untuk saling mengingatkan..syurga itu telah terbayang di mata kita semua, ana ingin berjumpa antum di Firdaus itu.. bertemu lagi..bercengkarama,  ketika keletihan itu mengikuti maka biarkan pertemuan di sana menjadi peluruhnya.. ana rindu antum (Ria Bustanudin/KO Akhwat Humas)

 Dari KAMMI untuk Indonesia
Indonesia Butuh KAMMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar