Januari
28, 2010 (diambil dari tulisan Edi Purnama/ Jakarta)
Risalah
Untuk Para Ikhwan dan akhwat
Akhii,
kutuliskan risalah ini bagimu. Bukan karena apa. Kau adalah saudaraku, Akhii
fillah. Karena Allah Ta’ala.
Akhii,
sesungguhnya hati manusia ada di antara jari-jemari Ar Rahman. Maka
beruntunglah orang yang dihadapkan hatinya pada ketaatan pada Allah Ta’ala.
Sungguh benarlah doa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam panjatkan,
“Allahumma musharrifal quluub, sharrif quluubanaa ‘alaa tha’atika” (Ya Allah,
Dzat Yang Memalingkan Hati, palingkan hati kami di atas ketaatan pada-Mu)
Akhii,
sesungguhnya manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Manusia, ya Akhii. Tak
terkecuali. Laki-laki maupun wanita.
Tahukah kau wahai Akhii, panutan kita
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengingatkan kita dalam sabdanya
yang artinya, “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih membahayakan kaum
laki-laki daripada fitnah wanita.”
Dan
agama kita yang mulia juga telah mengajarkan adab-adab bergaul dengan lawan
jenis yaa, Akhii. Bila kita tapaki perjalanan salaful ummah, kita akan temukan
betapa mereka menjaga adab-adab tersebut.
Maka
tidak layak bagi kita untuk bermudah-mudah dalam bergaul dengan lawan jenis.
Janganlah bermain-main dengan kehormatan, yaa Akhii. Allah Ta’ala selalu
mengawasi kita di manapun dan kapanpun. Apakah itu dalam kamar tertutup rapat,
ketika kau sedang asik ber-SMS dengan wanita yang bukan mahrammu tanpa
keperluan yang mendesak. Sama sekali bukan untuk hal yang membawa mashlahat,
hanya untuk mengatakan,
“Ap
kbr, Ukhti? Lg sbk ap skrng?”
“Smgt ^_^”
“Ttp senyum nggih =)”
Atau
untuk sekadar mengirimkan nasehat. Entah itu terjemah Al Qur’an, potongan
hadits, atau perkataan ulama. Apa maksud yang ada dalam hatimu, yaa Akhii?
Banyak teman-teman ikhwan yang lebih berhak kau beri perhatian dan nasehat.
Na’am, murni perhatian dan nasehat, tanpa tendensi apapun.
Tahukah
yaa Akhii, terkadang syaithan menghiasi keburukan sehingga menjadi tampak
indah. Bahkan terkadang syaithan membuka sembilan puluh sembilan pintu kebaikan
untuk menjerumuskan manusia kepada satu pintu keburukan.
Akhii,
Ibnu Taimiyah pernah berkata yang artinya, “Kesabaran Yusuf menghadapi rayuan
istri tuannya lebih sempurna daripada kesabaran beliau saat dimasukkan ke dalam
sumur oleh saudara-saudaranya, saat dijual dan saat berpisah dengan bapaknya.
Sebab hal-hal ini terjadi di luar kehendaknya, sehingga tidak ada pilihan lain
bagi hamba kecuali sabar menerima musibah. Tapi kesabaran yang memang beliau
kehendaki dan diupayakannya saat menghadapi rayuan istri tuannya, kesabaran
memerangi nafsu, jauh lebih sempurna dan utama, apalagi di sana banyak faktor
yang sebenarnya menunjang untuk memenuhi rayuan itu, seperti keadaan beliau
yang masih bujang dan muda, karena pemuda lebih mudah tergoda oleh rayuan.
Keadaan beliau yang terasing, jauh dari kampung halaman, dan orang yang jauh
dari kampung halamannya tidak terlalu merasa malu. Keadaan beliau sebagai
budak, dan seorang budak tidak terlalu peduli seperti halnya orang merdeka.
Keadaan istri tuannya yang cantik, terpandang dan tehormat, tanpa ada seorang
pun yang melihat tindakannya dan dia pula yang menghendaki untuk bercumbu
dengan beliau. Apalagi ada ancaman, seandainya tidak patuh, beliau akan dijebloskan
ke dalam penjara dan dihinakan. Sekalipun begitu beliau tetap sabar dan lebih
mementingkan apa yang ada di sisi Allah.”
Yaa
Akhii, tidakkah kau ingin meneladani Yusuf ‘Alaihis Salam? Seorang pemuda yang
menjaga iffah-nya yang dijanjikan mendapatkan perlindungan Allah Ta’ala di
bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada lagi naungan selain naungan-Nya.
Yaa
Akhii, mungkin kau sudah pernah mendengar sebuah hadits dari Nau’as Ibni Sam’an
radiyyallahu anhu yang artinya, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu
‘Alaihi wa Sallam tentang kebaikan dan kejahatan. Beliau bersabda: “Kebaikan
ialah akhlak yang baik dan kejahatan ialah sesuatu yang tercetus di dadamu dan
engkau tidak suka bila orang lain mengetahuinya.”
Yaa
Akhii, kebahagiaan sejati tidak akan diperoleh dengan cara yang haram.
Percayalah itu. Cara ini hanya akan menimbulkan kesusahan dan kerusakan pada
diri serta terbuangnya harta dengan sia-sia. Barangsiapa meninggalkan sesuatu
karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik darinya.
Terakhir
yaa Akhii, saya akan nukilkan perkataan Salman Al Farisi radiyyallahu ‘anhu
dari Ja’far bin Burqan yang artinya, “Ada tiga orang yang membuatku menangis
dan tiga orang lagi membuatku tertawa. Aku tertawa melihat orang mengejar dunia
sedangkan kematian telah mengintainya, orang berbuat lalai berbuat padahal
dirinya tak pernah dilupakan, dan orang banyak tertawa, sedangkan ia tidak tahu
apakah Allah murka ataukah ridha kepadanya. Dan aku menangis karena kepergian
orang-orang yang dicintai, yaitu kepergian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam dan pengikutnya, kedahsyatan yang sangat mengerikan saat berada di pintu
kematian, dan saat berdiri di hadapan Rabb semesta alam, yaitu ketika aku tidak
mengetahui apakah aku akan dikembalikan ke surga atau ke neraka.
Kuharap
risalah ini memperberat timbangan amal kebaikanku kelak. Pada hari di mana
harta dan anak takkan berguna kecuali orang yang menghadap Allah Ta’ala dengan
hati yang selamat.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar