Total Tayangan Halaman

Senin, 08 Agustus 2011


Setiap sudurt kota ini selalu mengingatkan akan kenangan masa kecil.. Kenangan bersama seorang laki-laki yang bagi kami sangat ganteng dan baik hati, setia, sabar, humoris, begitu peduli, dan penyabar sekaligus pelindung,  kami memanggil laki-laki itu dengan sebutan PAPA.

Tak akan habis cerita untuk menggambarkan kebaikan papa kami, tak akan pernah bosan untuk selalu berterima kasih bahkan mungkin tak kan pernah bisa, tak akan hilang kerinduan padanya walau setiap hari bertemu.
Ya Allah Terima kasih telah memberi papa yang sangat menyayangi kami
Ya Allah terima kasih telah memberi papa yang telah membentuk dan mendidik kami sejak masih bayi
Papa yang mengajari kami mencintai buku dan mengajari kebiasaan membaca sejak kecil. Terima kasih untuk papa yang bersedia berlangganan majalah anak-anak setiap bulannya (hingga diam-diam aku sebenarnya masih menganggumi sosok keluarga kelinci itu) padahal papa ku saat itu hanya pegawai dengan gaji biasa saja, papa yang tidak pernah membelikan kami boneka ataupun mainan Ale’-ale’ layaknya anak-anak kecil pada masa itu, papa yang sering pulang membawa buku cerita sastra era …?? (entahlah aku pun tidak tahu, tapi belakangan aku baru tahu kalau buku-buku tersebut ditulis oleh penyair-penyair besar )..
Terima kasih untuk semua itu ya Allah. Papa ku memang bukan rektor atau professor tapi papa telah mengajari  kami untuk melampaui batas itu semua..
papa yang selalu merapikan majalah, komik, buku bergambar di kamar tidur yang habis kami baca  .. papa yang tak jemu-jemu mengajarkan disiplin membaca dengan trik terindahnya tidak dengan kata-kata atau perintah tapi dengan contoh lansung. Papa yang mencontohkan  kami untuk selalu menggosok gigi sebelum tidur, papa yang mengajari mama kami untuk merawat gigi anak-anaknya (alhamdullillah sekarang setelah dewasa aku tidak pernah sakit gigi, yang kata orang lebih baik sakit hati daripada sakit gigi),
papa yang tidak pernah bosan datang kesekolah ku untuk memenuhi panggilan walikelas ku setiap aku ketahuan bolos sekolah atau datang mengambil rapor ku yang banyak remedialnya untuk nilai IPA dan Matematika. Papa yang hobby mendaftarkan aku secara diam-diam untuk ikut Bimbel ini lah atau les itulah.. dan terima kasih juga untuk Papa yang kadang-kadang sering membandingkan aku dengan sepupu ku (fuih..)
papa walau samar-samar aku masih ingat ketika aku pergi sekolah saat masih duduk di Taman Kanak-Kanak, papa selalu menaruh ku di bagian depan motor bebeknya setiap hari.. dengan Kepercayaan diri luar biasa dan dengan semangat 45 ku.. aku bernyanyi dengan suara keras dan cempreng, menyanyikan lagu yang diajarkan oleh guru disekolah.. walaupun tentunya sangat berisik tapi papa tidak pernah menyuruhku untuk diam atau saat baru masuk sekolah dasar dan saat baru-baru pandai membaca.. saking senangnya aku selalu menaiki meja makan dan membaca (lebih tepatnya mengeja) dengan voltage suara yang tentu sangat menganggu tapi Papa tidak pernah menyuruhku diam.. mereka membiarkan ku tetap berkarya  diatas meja makan (tuing!!!) dan alhasil hobby membaca dengan intonasi suara tinggi masih kutekuni hingga saat ini (he…he…),
hingga kini aku mengerti walaupun tanpa kata-kata kau tetap mendukung apapun yang aku lakukan untuk hidupku, kau biarkan kami berkarya sesuai hobby dan kesukaan, dukungan mu ada dalam diammu, dukungan ada dalam support yang kau tunjukkan dalam kesempatan – kesmpatan waktu yang tak kan lekang.. dukungan kau tunjukkan pada saat aku atau adikku akan berpergian, izin yang tak terlaluk penting, ke Mall lah, karya wisata ke sini lah (yang menurut mu tujuan nya tidak jelas dan Cuma berfoya-foya) sikap yang juga dulu kau tunjukkan ketika kami kecil jika setiap berpergian ke suatu tempat maka papa tidak akan pernah suka membelikan kami boneka atau mainan, adekku yang pulang dengan piala.. aku masih ingat rona wajah bahagia ketika papa menjemput adekku pulang berlomba, kebanggaannya saat membonceng adikku pulang dari perlombaan sambil menenteng piala..
papa yang mendadak sakit ketika mempersiapkan keberangkatan adikku ke Jakarta untuk lomba, walaupun demikian Papa bukan seorang yang akan berkata besar ke luar sana
papa yang dulu sering membantu kami mempersiapkan tugas-tugas sekolah yang terkait prakarya yang kadang-kadang aneh..!!! papa lah satu-satu  yang menyukai masakan hasil eksperimen ku yang seringnya gagal..
papa yang mengajari kami untuk selalu menjaga kebersihan rumah.. mencontohkan lansung bagaimana menyapu, merapikan kamar, dan memberesi buku-buku.. papa yang selalu berbagi pekerjaan rumah tangga dengan mama ku.. yang juga berprofesi sebagai guru..
Ya Allah terima kasih telah memberi papa yang baik dan bertanggung jawab
Papa.. ya sosok yang kini kami lihat makin berumur saja,, he..he.. papa yang belakangan ini sekarang kalau ngasih nasehat selalu tentang bagaimana menjadi istri yang patuh pada suami.
Papa yang humoris walaupun tegas dan keras..
Papa disiplin tapi tidak diktator mengajarkan hidup rapi dan teratur, sholat maghrib berjamaah, mematikan TV ketika waktu maghrib menjelang, dan papa harus memastikan kami mandi tepat pukul 5 sore setiap harinya..

Sekarang kami sudah dewasa.. papa adalah mentor kami..semua keputusan di tangan kami..

Maafkanlah Ria Pa.. blum mampu memenuhi keinginan papa untuk wisuda.. insyaAllah diusahakan cepat


Di akhir senja
Kota pekanbaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar