Untuk Sang
Penjaga hati
Ketika nanti di hari yang hanya Allah yang tahu
kapan dan dengan siapa,
Maka
percaya lah aku bukan makhluk sempurna yang sekiranya kau cari kesempurnaan itu
maka kau akan segera kecewa
Aku perempuan yang dilahirkan dari Mama yang selalu mencintai ku dan
aku dibesarkan di keluarga yang biasa biasa saja, Papa ku hanya pegawai biasa,
ibu ku seorang guru di sekolah biasa juga, tak ada kemewahan di keluarga kami,
tak ada perayaan ulang tahun dengan bertumpuk kado. Kami hanya keluarga
biasa aku dan adik adik ku diminta untuk
hidup biasa saja.
Aku bukan Oky Setiana Dewi
yang dalam ceritanya penuh dengan kejutan, kehidupan ku pun biasa biasa biasa
saja, aku bukan Oky setiana dewi, aku
perempuan yang hidup di Kota Pekanbaru. Aku juga bukan seorang tahfiz quran,
belajar tahsin nya pun hanya 2 kali seminggu, satu di pertemuan rutin, satu
lagi di Rumah tahfiz PPA, itupun sudah sebulan ini Ustazah tahsin ku libur
mengikuti pelatiihan. Maka bisa kau bayangkan kan bacaan quran ku.
Aku juga
bukan akhwat akhwat seperti akhwat akhwat
saudara ku itu, mereka selalu kelihatan anggun, mereka juga sudah mapan, ada
yang sudah jadi dosen, guru, pegawai , atau ibu rumah tangga yang sukses (maaf
memang kadang kadang aku suka membandingkan diri ku dengan mereka), aku juga
tidak pandai menjahit, menyulam, merangkai bunga (jadi nanti ketika kita sudah
bersama jangan bermimpi ada kain rajutan, bunga
hasil karya ku ya), oh ya ada lagi aku juga tidak pandai masak kue,
terakhir ketika bulan puasa lalu aku mencoba bikin dadar gulung, dan maaf
hasilnya sangat mengecewakan . tapi jangan takut kalau bikin pergedel jagung
Alhamdulillah aku ahlinya, sebulan penuh aku mempelajari cara membuat
pergedel jagung dan kentang, mungkin
makanan ini akan aku sajikan untuk mu kelak.
Jadi aku tidak bisa disamakan dengan akhwat akhwat itu, mereka sempurna
secara materi, fisik dan psikis(bukan berarti aku gila ya) aku ya kembali lagi
ke bab di atas, hanya perempuan biasa, aku tidak hobby menyulam dan menjahit
hobby ku mengamati sebuah objek, entah itu keramaian, kegiatan manusia, hilir
mudik nya kendaraan, dan mengabadikan mereka dalam picture atau tulisan tulisan
ku. Kalau udah megang kamera sih biasanya aku suka lupa diri, lupa daratan
bahkan lupa kalau kamera nya kamera
pinjaman. Jadi kalau boleh berharap nih kelak ketika buah hati ku lahir akan
aku abadikan perkembangannya untuk kuperlihatkan padanya kelak, agar dia sadar
bagaimana Tuhan menciptakannya dari keadaan lemah. Dan bisa jadi kau juga jadi
objek ku, objek foto disaat kau melakukan banyak perbuatan perbuatan baik, saat
kau tengah berada dalam pusaran kebaikan.
Oh ya aku
sering mendengat teman teman akhwat ku di goda laki laki lain di saat mereka
telah berkeinginan menikah, aku sering
kasihan pada teman teman ku itu, sepertinya mereka sangat gundah gulana, dan ujung ujungnya mereka akan curhat ini dan itu
pada ku, aku pun sering dengan rasa percaya diri nya memberikan nasehat dan
masukan pada mereka, seolah olah aku sangat mengerti akan persoalan itu,
biasanya aku ambil referensi dari yang kubaca atau pengalaman kakak kakak ku
yang telah menikah , dan kuulang kembali di depan teman ku itu, nah..sekarang
kau tahu kan kalo aku ini orang nya sangat sok tahu, masa aku menasehati orang
yang tentang pernikahan di saat aku belum menikah..hadeeehhh. beberapa kali teman ku mengabari aku tentang
penolakan mereka terhadap seseorang, nah di point ini aku sering bingung,
sebenarnya ada apa sih dengan teman ku itu, kenapa bisa dia menolak laki laki
yang datang padanya.. apa yang kurang, atau banyak kekurangan nya tu laki laki ,
atau jangan jangan ada tipe yang diharapkan namun tak datang.
Cessss… nah.. ini nih yang suka bikin
galau,,kalau udah bicara tipe atau kriteria… kalau teman ku menolak karena kriteria
nya tak memenuhi syarat, lalu bagaimana dengan ku ya.. apa Kriteriaku, apa tipe
ku, apa dia harus sesoleh Ali Bin Abi Thalib lah aku kan bukan Fatimah,
bagaimana bisa berharap pendamping yang mendekati sempurna seperti itu. Nah ini yang harus nya aku
pahami bahwa ketidak sempurnaan seorang manusia. Tapi konon katanya laki laki
yang “intelektualnya” tinggi suka menaruh kriteria seorang Fatimah pada
seseorang perempuan? Benar atau tidak aku pun tak tahu. Semoga aku tidak
bertemu dengan laki laki yang seperti itu ya,karena kalau sudah seperti itu
maka dipastikan aku akan terdepak, seperti beberapa senior ku yang didepak
hanya karena kurang putih kulitnya atau kurang mancung hidungnya.
Bagi ku
tak butuh kesempurnaan yang tampak, karena menurut kakak kakak ku semua itu
menipu, demi Allah itu lah tipuan dunia, kemapanan yang datang dari hati itu lah kunci
kebahagiaan, tak peduli sesederhana apa penampilannya,bagi ku menikah adalah
untuk memenuhi separuh dien, maka dia pun kuharap akan sevisi dengan ku, aku
telah berjanji (walau sering tak ditepati) bahwa sisa hidup hanya akan
kuhadiahkan pada sang Pencipta. Maka cukuplah keimanannya menjadi pelengkap
kebahagiaan mahligai itu. Dan aku pun berjanji untuk menjaga sejatinya cinta,
mulai dari sebelum sebelum ini, membuang racun masa lalu, dari sesuatu yang tak
penting.
Semoga
waktu yang dijanjikan itu tak lama lagi, Ikhtiar dan doa sembari mempersiapkan
diri, membekali diri dengan ilmu. Menikah bukan segala galanya tapi dengan
menikah banyak hal yang bisa dicapai. Maka pernikahan ku pun nanti harus untuk
mencapai Ridho Illahi dengan pendamping yang juga mencari ridho nya Allah, agar
terlahir generasi yang soleh dan solehah kebanggaan bagi agama dan bangsanya.
Oh ya
sekali lagi aku katakana aku bukan Oki Setiana
Dewi jadi tak perlu kau berharap aku akan menjadi seperti nya, karena
bagi ku hidup adalah menjadi yang terbaik dari diri sendiri, hidup dengan
menyebar manfaat.
semoga bisa segera menikah tahun depan ya, mba ria. yang terpenting dapet jodoh dunia akhirat yang hanif hatinya sehingga bisa memuliakan mba. aamiin :)
BalasHapusamin terima kasih ya Ila.. :D
Hapuskudoakan yang terbaik bagimu ria..
BalasHapusreally miz ya..
begitu lama sudah tak bertemu:(
Lusi@aku terinspirasi tulisan mu yg di blog.. :D
Hapus