Memperingati
Hari Pahlawan di Riau Negeriku
Peringatan
10 November setiap tahunnya terasa sama saja, bagi sebagian besar perayaan 10
November hanya diperingati sebagai Hari dimana kita mengenang jasa para
pahlawan kita. Setakat itu kah?? Iya. Karena hanya itu yang dapat kumaknai selama ini semenjak duduk di bangku sekolah. Namun kini ketika
Bangku perkuliahan memperkenalkan arti dan tentang hidup, maka aku seperti ditampar supaya dapat memahami lebih jauh akan arti pahlawan
dan makna tanggal 10 November.
Aku
bahkan tidak hapal semua nama-nama
pahlawan di Indonesia, yah..paling banter yang bisa diingat adalah Pangeran Dipenogoro
dengan Sorbannya atau Bung Tomo atau R.A
Ajeng Kartini. Dan nama beberapa orang. Yah.. paling-paling yang ku tahu dari semua pahlawan-pahlawan itu
adalah perjuangan mereka membela Indonesia. Lagi-lagi hanya setakat itu. Maka setelah
itu jangan kalian tanya apa-apa lagi. Karena pasti ku tidak bisa menjawab
apa-apa pun lagi. Maka sudahlah..jangan kita perdebatkan lagi tentang
pahlawan-pahlawan yang telah mendahului kita. Tetap saja besok kita akan memperingati
Hari Pahlawan toh tidak akan berubah.
Sekarang
kita kembali kemasa kini, masa dimana kita tengah mencari pahlawan, sesseorang
yang akan membawa Riau ini ke pada sebuah perubahan. Perubahan Besar, dimana
tidak ada lagi yang kelaparan, tidak ada lagi yang tidak bersekolah, tidak ada
lagi kesenjangan sosial dan sekian ribu tidak ada lagi.
Mengutip
apa yang pernah dikatakan oleh Anis matta dalam sebuah artikelnya “Jangan
pernah berpikir untuk menjadi pahlawan, tanpa melakukan pekerjaan-pekerjaan
para pahlawan” lalu apa sebenarnya pekerjaan pahlawan itu??? Pertanyaan yang
jika anda bisa jawab maka segera beri tahu saya saat ini juga. Apakah pekerjaan
mereka adalah seperti yang ditulis Anis Matta yang dikutipnya dari seorang
Mansur Samin :
Demi amanat dan beban rakyat
Kami
nyatakan keseluruh dunia
Telah
bangkit ditanah air
Sebuah
aksi kepahlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang
bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan
Apakah
ini??? Bisa jadi iya. Jika iya maka jangan katakan Pemimpin saat ini adalah
pahlawan, tak perlu lah lagi kita elu-elukan mereka lagi, tak perlu lah lagi
kita memberi uang untuk makan mereka, dan tak perlu lagi kita
berhenti, menepi ketika mereka melewati jalanan untuk menjalankan tugas
kenegaraan. Maka lepaskan saja baliho besar mereka , koyakkan saja teman karena
mereka bukan Pahlawan. Karena kerja
mereka bukanlah mengerjakan pekerjaan pahlawan. Toh dulu pun Bung Tomo tidak
pernah memasang baliho dimana-mana untuk diangkat menjadi pahlawan. Tak perlu
pasang senyum lebar agar dianggap baik. Itu menjijikan.. karena kerja
mereka hanya menebang ribuan hektar Pohon di Hutan Kita, membiarkan Induk Gajah
dan anak-anaknya mati terkapar, kerja mereka hanya duduk didalam kantor mereka
yang sejuk, kerja mereka hanya melakukan kerja-kerja kecil yang tak ada gunanya
seperti FFI, PON,ISG Konser Musik,
Perayaan Tahun baru, Makan-makan. Mengambil uang dari proyek-proyek yang tidak
sedikit pun tidak menyentuh kepentingan rakyat, menyeruput habis APBD/APBN untuk memberi
jajan anak-anak mereka. Lihatlah kawan mereka semakin kaya saja, Istri-Istri
mereka pun makin pongah, anak-anak mereka pun tak akan jauh beda. Hanya bisa
pamer kekayaan orang tua.
Riau di
Provinsi ini tak dapat ku temui Pemimpin yang bisa dibanggakan sebagai
pahlawan, mereka hanya kerumunan orang-orang rakus yang ingin harta, jabatan
dan wanita. Otak mereka telah dipenuhi dengan seks sehingga sel otak telah mati
dibuatnya. Sehingga apapun dilakukan untuk kepuasan sendiri. Pemimpin ku telah
buta, dibutakan oleh dunia. Pekerjaan nya tak lagi melakukan kerja-kerja yang
bisa aku banggakan kelak, bahkan aku ingin segera menyepaknya keluar dari
tempat kerjanya. Berlama-lama di sana akan membuat hatinya beku tak dapat lagi
merasa.
Bagiku
Pahlawan itu adalah Ibu Tukang Parkir di Jalanan Kota yang sering aku temui
Bagiku
Pahlawan itu adalah Guru ngaji dengan Peci usang di Pinggiran kampong yang
setia mendidik
Bagiku
Pahlawan itu adalah si Pengamen yang tetap Punya harga diri dengan tidak
mengambil hak orang lain pantang Korupsi apalagi Nepotisme
Bagiku
Pahlwan itu adalah mereka yang berjuang Benar-Benar untuk Negeri ini, Jujur
untuk Rakyat, mereka yang tak mengkhianati Indonesia
Sekali
lagi aku mengutip apa yang ditulis oleh Anis Matta “ Ditengah badai ini kita
merindukan pahlawan itu. Pahlawan yang, kata Sapardi, "Telah berjanji
kepada sejarah untuk pantang menerah". Pahlawan yang, kata Chairil Anwar,
"berselempang semangat yang tak bisa mati".